Potret Kartini dan Tantangan Masa Kini

Ditulis oleh: Ameliya Widiastuti

Raden Ajeng Kartini merupakan perempuan asal Jepara, Jawa Tengah yang lahir pada 21 April 1879 dari darah bangsawan bernama Raden Adipati Sosroningrat dengan M.A Ngasirah. Dengan latar belakang keluarga bangsawan, R.A Kartini dapat menuntut ilmu yang saat itu sangat terbatas. Melalui kepekaan sosial yang tinggi, beliau melihat kesenjangan antara kaum perempuan dengan kaum pria. Pada masa itu, perempuan dan rakyat jelata belum bisa mengenyam pendidikan.

Maka dari itu, R.A Kartini ingin mengubah nasib kaumnya menjadi lebih baik. Pada usia 24 tahun, R.A Kartini menikah dengan K.R.M Adipati Ario Djojo Adhiningrat yang merupakan Bupati Rembang. Kala itu, beliau mengerti dan mendukung  pemikiran R.A Kartini yang ingin mendirikan sekolah wanita. Akan tetapi, perjuangan R.A Kartini belum sempat terwujud karena beliau meninggal dunia setelah melahirkan putranya. Setelah delapan tahun berselang, akhirnya Sekolah Kartini bisa dibangun. Pembangunan tersebut dipelopori oleh keluarga Van Deventer yaitu tokoh politik etis.

Pada masa kini, perjuangan R.A Kartini dilanjutkan oleh perempuan Indonesia. Para “Kartini masa kini” kerap melakukan inovasi baru dengan ide yang cemerlang. Mengenyam pendidikan sudah menjadi budaya yang baik bagi perempuan. Peran perempuan sangatlah mendorong kemajuan bangsa. Mereka merambah pada berbagai bidang, seperti bidang pendidikan, ekonomi, bahkan bidang kesehatan.

Perempuan masa sekarang mampu berkarya namun tetap menjadi istri dan ibu yang mengutamakan keluarga. Akan tetapi, pada masa sekarang perempuan masih saja mendapatkan tantangan yang berubah seiring dengan perubahan zaman. Tantangan tersebut muncul dari berbagai pihak. Faktor yang mempengaruhi bisa dari internal maupun eksternal. Misalnya, tantangan dari internal berupa rasa tidak percaya diri, menempatkan situasi yang tidak bebas, dan tidak mau berubah menyesuaikan zaman. Sedangkan tantangan dari eksternal seperti larangan dari keluarga besar, tuntutan keluarga inti yang tidak bisa kerjasama dan lingkungan kerja yang tidak mendukung atau pekerjaan yang hanya memprioritaskan pria menjadi pemimpin dengan alasan perempuan dirasa belum mampu.

Tantangan itulah yang mulai menggerus semangat perjuangan perempuan. Maka harus ada solusi yang bisa memecahkan masalah tersebut, seperti meningkatkan kualitas diri, mengubah pola pikir, dan berpikir positif. Kemudian mengontrol sesuatu yang bisa dikontrol seperti menciptakan peluang pekerjaan yang baru. Selain itu, sesama perempuan juga harus saling mendukung dan bertukar pikiran untuk menambah wawasan. Marilah untuk memulai perubahan dari diri sendiri. Dengan begitu, kita bisa mengubah nasib menjadi lebih baik.

Tentang Penulis:

Saya Ameliya Widiastuti dari program studi Administrasi Publik kelas 2B Universitas Gunung Kidul. Saya menulis artikel ini karena ingin menyampaikan pendapat tentang potret Kartini pada masa sekarang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close