Nadya Saib, Mengubah Kegagalan Menjadi Inovasi Dalam Memberdayakan Orang Lain

Jakarta – Rumahmillennials.com | Semua orang pasti salah. Kalo gak salah, bukan manusia namanya karena manusia tempatnya salah. Yang maha benar dan mengetahui, hanyalah Tuhan Yang Maha Esa.

Tapi dari kesalahan – kesalahan tersebut, manusia jadi belajar dan berkembang menjadi pribadi yang lebih dewasa dalam menghadapi berbagai situasi dalam menjalani hidup. Termasuk dalam menjalankan bisnis.

Seperti sosok pebisnis muda yang satu ini, dia mengubah kegagalan dan kesalahan menjadi suatu karya yang dapat mengemansipasi orang lain. Dia adalah Nadya Saib, Founder Wangsa Jelita, sebuah perusahaan produk kecantikan yang tengah menerapkan konsep human well-being dalam bisnisnya.

Sebelum ngomongin soal konsep well-being, ada proses dimana Nadya bisa mendapatkan kesimpulan bahwa human well-being akan memberikan dampak bagi produktivitas bisnis. Ceritanya mulai dari saat Nadya membangun Wangsa Jelita bersama teman – temamnya.

Nadya mulai fokus berbisnis dalam produk kecantikan saat lulus kuliah dari jurusan farmasi ITB. Dia bersama teman – temannya ingin membuat suatu produk yang mengandung bahan natural, tapi sebenarnya dia gak tahu definisi natural di masyarakat seperti apa. Setelah melakukan survey, ternyata orang – orang memiliki persepsi yang berbeda – beda soal natural, ada yang percaya kalau yang berlabel ‘natural’ pasti alami, ada juga yang berasumsi kalau natural pasti gak ada bahan kimia.

Karena definisi natural yang subjektif, akhirnya Wangsa Jelita ingin mempromosikan produk kecantikan dengan bahan kimia yang tidak berbahaya dan bermanfaat bagi kulit. Ada 10 bahan yang dihindari oleh Wangsa Jelita dalam memproduksi produknya. Saat tahap awal menjalankan bisnis, Nadya kesulitan dalam hal penjualan. Namanya juga bisnis, memang tidak mudah meyakinkan konsumen agar mau membeli produk.

Nadya sempat beralih ke bisnis makanan ringan yang dinilai bisa mendatangkan profit lebih yang nantinya sebagiannya untuk mengembangkan produk Wangsa Jelita. Tapi, selama setahun tidak berjalan dengan baik dan merugi sehingga dia menutup bisnis makanan ringan tersebut dan kembali ke Wangsa Jelita.

Dengan berbagai macam usaha, Wangsa Jelita akhirnya baru memiliki badan usaha tahun 2011. Tetapi, masalah muncul saat dirjen HAKI memberikan surat bahwa Wangsa Jelita tidak bisa digunakan produk karena nama ‘Wangsa’ dan ‘Jelita’ sudah digunakan brand lain. Nadya dan timnya memperjuangkan nama Wanga Jelita karena brand dengan nama ‘Wangsa’ dan ‘Jelita’ yang sudah ada itu tidak dalam satu kalimat, sedangkan badan usahanya menyatukan dua kata itu menjadi satu kalimat. Dengan segala upaya seperti menyewa lawyer dan mengeluarkan biaya tambahan lain, nama Wangsa Jelita dapat dipatenkan.

Nadya Saib dan Risca Andalina (Wakil Bidang Televisi dan Radio)

Sudah selesai dengan persoalan bisnis dan nama hak paten, muncul masalah baru lagi tapi kali ini hanya melibatkan Nadya secara personal. Namun, masalah inilah yang mengantarkan Nadya dalam memahami kosep well-being.

Intinya, Nadya sempat gagal mengolah emosinya dengan baik karena masih trauma akan kejadian yang menimpanya di masa lalu. Akibat kegagalan itu, Nadya sadar kalau dia memiliki kekurangan dalam menavigasi emosinya sehingga berdampak buruk bagi dirinya sendiri. Dalam keadaan itu, Nadya diperkenalkan konsep well-being yang membantunya mengenal diri dan mengolah emosinya lebih baik. Dari sinilah, Nadya mulai mempelajari konsep well-being dan merasa inilah yang dia butuhkan agar memahami emosinya lebih baik sehingga dia bisa memberikan performa lebih baik dalam kehidupan personal dan professional.

Konsep well-being itu sendiri, mengajarkan bahwa manusia memiliki empat kebutuhan dalam well-being yakni kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan emosional. Sisi emosional ini yang coba dipelajari betul Nadya dalam menerapkan konsep well-being bagi dirinya.

Pada akhirnya, Nadya mendapatkan kesimpulan bahwa well-being itu tentang mengenal diri dan bisa diterapkan dalam menjalani bisnis. Setiap konsumen memiliki kebutuhan dan keresahan yang berbeda – beda, Nadya tidak bisa mengatakan bahwa suatu produk kecantikan pasti bagus untuk semua wanita, karena masing – masing punya jenis kulit dan kebutuhan yang berbeda. Konsep well-being mengajarkan Nadya, agar dalam menawarkan solusi pada para wanita baik dari produk, konten maupun pelatihan, dia perlu mengenal lebih dalam apa yang dibutuhkan orang lain.

Menyadari bahwa konsep well-being ini bisa meningkatkan performa masing – masing individu, Nadya ingin hal – hal mengenai well-being menjadi topik yang dibicarakan sehari – hari mulai dari kantornya. Selain itu, Nadya ingin memperkenalkan konsep well-being kepada para pemegang keputusan di berbagai perusahaan agar mau berinvestasi pada peningkatan SDM penerapan well-being di perusahaan mereka. Nadya percaya well-being merupakan investasi jangka panjang yang bisa memberikan keuntungan bagi perusahaan jika para karyawannya lebih bisa mengenal diri dan memberikan performa lebih baik ketika sudah bisa menerapkan well-being pada diri mereka.

Jadi sekarang, Wangsa Jelita sudah lebih dari perusahaan kecantikan karena tengah empowering people lewat well-being. Inilah hasil dari pembelajaran Nadya saat mengalami kegagalan menavigasi emosi. Memang berat saat merasakan kegagalan itu, tapi Nadya memilih untuk bangkit dan belajar dari kesalahannya lalu membuatnya menjadi ide agar lebih bisa memberdayakan orang lain.

Itulah Nadya Saib yang bisa berdamai dengan kegagalannya dan menjadikan suatu konsep yang coba dia terapkan dalam kehidupan personal dan professional. Sekarang, kamu sendiri gimana? Langkah apa yang kamu ambil dari kegagalan dan kesalahanmu? Gagal dan salah itu biasa buat manusia, kamu gak sendiri. Yang membedakan, apa yang kamu lakukan dengan kegagalan dan kesalahanmu itu.

Audi Rahmantio

Journalist and Publication Coordinator at Rumah Millennials The man who love to share about interesting and unique story of Indonesia as well as youth development through youth organization community. Currently, Audi started his career as public speaker in radio and being freelance MC and Moderator for several events

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close