5 Wanita Cantik Ini Sukses Menciptakan Keajaiban Setelah Berhijrah Dan Mengenal Tuhan Lebih Dekat

JAKARTA – RumahMillennials.com | Memutuskan berhijrah itu memang gak gampang sob! Apalagi mengenal Tuhan Yang Maha Esa, merasakan kehadirannya di dalam hati kita bener – bener butuh proses panjang. Belum lagi tantangan duniawi seperti karir, pekerjaan, dan lingkungan yang kadang membuat kita ragu untuk memulai hidup baru sebagai Muslim/Muslimah yang lebih baik.

Eits, jangan pesimis dulu dong! Susah, bukan berarti gak bisa kan?

Buktinya, 5 wanita Muslimah cantik ini bisa melewati berbagai rintangan dalam hidup mereka untuk berhijrah, mengenal Tuhan Yang Maha Esa, dan memberikan dampak positif kepada lingkungannya. Siapakah mereka?

Inilah dia 5 Muslimah inspirasi, Angkie Yudistia (Founder Thisable Enterprise), Ayana Jihye Moon (Korean Hijaber Model), Diandra Gautama (Reviewer Oto Driver, Co-Founder @nasr.indonesia), Nadira Arini & Galuh Sukmara (Founder The Little Hijabi Homeschooling).

Dalam sesi talkshow di mini stage acara HC Day 2019, yang diselenggarakan oleh Hijaber Community di Mall Kotakasablanka Sabtu 27 April 2019, mereka berlima berbagi cerita inspiratif soal perjalanan hijrah dan mengenal Tuhan hingga membawa mereka ke kehidupan yang lebih baik secara spiritual dan karir.

Ayana Jihye Moon, pasti kamu kenal dia kan? Seorang mualaf asal Korea Selatan yang ternyata sudah tertarik soal Islam sejak SD saat dia sering mendengar pamannya yang merupakan politisi, berbincang dengan ayahnya soal perang Iraq. Puncaknya, saat dia SMA, mulailah tertarik belajar Islam lebih dalam lewat berbagai macam media seperti buku, internet, dan diskusi. Akhirnya ia memutuskan untuk menjadi seorang Muslimah dan berhijab, tapi hal itu rupanya ditentang keras oleh keluarganya. Terlebih lagi, keluarga Ayanna adalah keluarga yang cukup dihormati, belum lagi pembicaraan pamannya yang selalu menilai Islam dari sisi negatif, serta diancam tak bisa menikah dengan orang Korea Selatan kalau berhijab. Merasa lingkungannya bukan tempat yang tepat untuk menjadi Muslimah sepenuhnya, Ayana pindah ke Indonesia dan bekerja sebagai model dan mendirikan @ayanatourkorea.

Angkie Yudistia, aktivis yang juga social-entrepreneur untuk para penyandang disabilitas melalui startupnya Thisable Enterprise, baru saja memutuskan berhijrah dan mulai mengenakan jilbab tepat tahun ini. Karena saat saya baru bertemu Angkie bulan Januari lalu di acara Indonesia Millennial Summit, dia belum berjilbab. Rupanya, kelahiran anak keduanya yang harus melalui proses c-section, kelelahan dalam membangun Thisable, anak pertamanya dirawat di rumah sakit selama 8 hari, serta Bapak mertuanya meninggal, membuat Angkie merasa ingin lebih dekat dengan Allah SWT. Dalam kesedihan, kesakitan, dan kelelahannya itu, dia bersandar kepada Allah SWT agar tetap kuat hatinya dan tidak runtuh. Tepat pada February lalu, Angkie akhirnya berhijab dan melalui Thisable Enterprise, dia ingin agar masjid – masjid di Indonesia memiliki fasilitas untuk para penyandang disabilitas. Hal itu tak lepas dari keprihatinannya, saat mendengar ada penyandang disablitas yang diusir dari masjid hanya karena mereka disabilitas. Padahal, menunaikan shalat adalah kewajiban setiap Muslim, karena itulah Angkie sedang berkeliling ke berbagai masjid untuk memberikan sosialisasi kepada pengurus masjid soal pelayanan kepada disabilitas.

Selanjutnya, ada Diandra Gautama. Buat kamu yang belum mengenal dia, mungkin kamu berpikir dia adalah model atau celebgram hijab. Ternyata, Diandra adalah lulusan psikologi yang akhirnya menjadi seorang pebalap. Pebalap tapi berjilbab, memang bisa? Bisa dong! Meskipun berada berkarir di profesi yang dominan laki – laki, tak menghalangi Diandra untuk berjilbab dan menekuni passionya. Awalnya, dia ragu bisa tetap berkarir di dunia otomotif bahkan dia sempat memutuskan kontrak sepihak dengan salah satu perusahaan otomotif ternama. Tapi Allah menunjukan kalau Diandra memang jalannya di dunia otomotif, karena pihak perusahaan ternyata menyambut baik keputusan hijrah Diandra dan menawari pekerjaan sebagai reviewer. Bahkan saat dia menyetir dari Singapura ke Thailand, media – media internasional malah tertarik dengannya karena belum pernah melihat wanita Muslimah berjilbab menjadi pebalap seperti dia.

Dan yang paling menginspirasi serta sukses membuat moderator dan peserta meneteskan air mata adalah cerita perjalanan Galuh Sukmara menemukan arti Islam serta mendirikan The Little Hijabi Homeschooling. Galuh memaparkan ceritanya lewat bahasa isyarat dan diterjemahkan oleh Nadia Arini, seorang penerjemah bahasa isyarat yang juga bagian dari The Little Hijabi. Butuh 39 tahun bagi Galuh untuk mengenal Islam, setelah menjadi tuli pada usia 3 tahun. Menjadi bahan bully, dijauhkan oleh lingkungannya, serta tak mengerti apa itu Islam adalah kehidupan yang harus Galuh jalani. Tapi Galuh tak menyerah, setelah hanya setahun kuliah di UGM, dia memutuskan untuk tetap menjalani pendidikan dan mendapatkan beasiswa S2 ke Australia dengan jurusan linguistic bahasa Isyarat. Di Aussie, dia melihat penyandang disabilitas dilayani dimanapun termasuk masjid, tapi di Indonesia tidak. Belum lagi, para penyandang disabilitas yang bernasib sama seperti dia kala muda dulu, tak mendapatkan akses pendidikan serta tidak mengerti Tuhan. Akhirnya dia membangun The Little Hijabi Homeschooling, sebuah komunitas yang memberikan pendidikan agama dan bahasa isyarat kepada anak – anak disable. Tapi, ternyata banyak orang tua yang merendahkan The Little Hijabi, menganggap bahasa isyarat itu primitive sehingga mereka tetap memaksakan anak – anaknya belajar oral. Yang lebih parahnya lagi, para penyandang tuli tidak tahu siapa itu Allah, suara azan bagaimana, Al Qur’an itu apa, cara shalat pun gak ngerti, dan berdoa itu gimana. Galuh tidak menyerah untuk mendekatkan Islam kepada para tuli, dia pun berkolaborasi dengan Quran ID project, serta para public figure seperti Dewi Sandra untuk mengenalkan suara Al Qur’an dan Azan. Para penyandang tuli sangat bergetar begitu tahu seperti apa Azan dan Al Qur’an, mereka mendapatkan hidayah untuk mendalami Islam. Semenjak itu, Galuh bertekad untuk terus memberikan akses kepada para penyandang disabilitas untuk belajar Islam lebih dalam melalui isyarat di The Little Hijabi.

Sedangkan sang penerjemah Nadia Arini, mulai mendalami bahasa isyarat melalui Bisindo, serta berinteraksi sesering mungkin dengan teman – teman tuli. Dia pun ingin menjelaskan makna Islam dengan bahasa isyarat yang sangat sederhana kepada penyandang tuli agar memahami Islam.

Itulah inspirasi dari 5 Muslimah yang menurut saya luar biasa, sampai – sampai saya sendiri kelewatan fokus saat meliput talkshow ini. Dan gak biasanya dalam artikel liputan acara, saya menceritakan semua pemaparan speakers, biasanya cuma satu-dua speakers saja. Karena mereka berlima adalah para Kartini masa kini yang patut menjadi contoh bagi sobat millennials. Berhijrah dan menganal Tuhan lebih dekat, akan membawamu kepada suatu keajaiban yang tak terduga. Semula kamu pikir gak mungkin, tapi ternyata menjadi mungkin dengan kebesaran-Nya. Jangan pernah lelah untuk terus menjadi Muslim/Muslimah sepenuhnya, karena Allah SWT akan selalu bersama orang – orang yang sabar dan beriman.

Audi Rahmantio

Journalist and Publication Coordinator at Rumah Millennials The man who love to share about interesting and unique story of Indonesia as well as youth development through youth organization community. Currently, Audi started his career as public speaker in radio and being freelance MC and Moderator for several events

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close