Jaga Lingkungan Datangkan Untung

Jakarta – RumahMillennials.com | Kata siapa menjaga lingkungan tidak bisa memberikan penghidupan yang layak? Dharsono Hartono, pengusaha yang berkecimpung di usaha kredit karbon, telah membuktikan itu. Usahanya mendorong kelestarian ternyata bisa mendatangkan keuntungan yang besar.

Dharsono Hartono adalah Chief Executive Officer (CEO) PT Rimba Makmur Utama (RMU) yang mengelola Katingan Mentaya Project di Kalimantan Tengah. Melalui izin restorasi ekosistem yang dimilikinya, RMU berusaha memastikan kelestarian lingkungan hidup di area seluas 157 ribu hektare, atau dua kali luas Singapura.

“Katingan Mentaya Project itu sebenarnya perlu kita banggakan sebagai orang Indonesia, karena adalah proyek(karbon) terbesar di dunia. Proyekini bisa mencegah 7 juta ton (setara) emisi karbon dioksida per tahun,” ujar Dharsono saat menjadi pembicara dalam seri webinar #JobsForNature di hari Selasa (24/3/2020). Acara tersebut diselenggarakan oleh @america, Koalisi Golongan Hutan, Lingkar Temu Kabupaten Lestari, Prestasi Junior Indonesia, Rumah Millennials, Terra Komunika, TopKarir, Yayasan Rumah Energi, dan YouthLab Indonesia untuk menyoroti potensi pekerjaan yang turut menjaga kelestarian. Seri webinar yang terdiri dari dua sesi ini diikuti oleh 154 partisipan dari seluruh Indonesia. 

Kegiatan restorasi dan konservasi di lahan yang dikelola RMU, sebagian besar terdiri dari gambut, menghasilkan kredit karbon, mewakili emisi gas rumah kaca (GRK) yang tidak jadi dikeluarkan atau tersimpan. Seperti kita ketahui, emisi GRK dari kegiatan manusia adalah penyebab utama pemanasan global. Kredit karbon yang berukuran setara satu ton emisi karbon dioksida dapat dijual kepada perusahaan atau industri untuk mengimbangi tingginya emisi yang mereka hasilkan.

Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan dukungan internasional pada tahun 2030. Komitmen ini dituangkan dalam First Nationally Determined Contribution (NDC) Republic of Indonesia untuk perubahan iklim yang disampaikan kepada masyarakat global. Sektor kehutanan, termasuk kebakaran gambut, menghasilkan 48% emisi GRK pada tahun 2010, menurut dokumen pemerintah.

Agar bisa menghasilkan kredit karbon yang besar, RMU harus menjaga lahan dan hutan dalam wilayah izinnya supaya tidak terbakar dan ditebang. Selain emisi tersimpan, kegiatan ini juga menjaga keanekaragaman hayati. Seluruh kegiatan harus dimonitor dan terukur untuk memastikan kredit karbon yang dihasilkan.

Komponen lain yang tak kalah pentingnya adalah partisipasi dan dukungan masyarakat setempat. “Jantung dari Katingan Mentaya Project adalah komunitas,” tutur Dharsono. Supaya lahan bisa terjaga, proyek tersebut harus transparan dalam berkomunikasi dengan komunitas dan turut menyejahterakan mereka.

“Bisnis RMU itu seperti lembaga swadaya masyarakat, tapi kita dapat uang seperti swasta,” ujar Dharsono.

Apa yang Dharsono lakukan di Katingan Mentaya mungkin jauh dari apa yang dia bayangkan sebelumnya. Berlatar belakang teknik industri dan finansial, awal karier setelah lulus dari Cornell University adalah di sebuah bank investasi ternama di Amerika Serikat.

Setelah enam tahun mengadu nasib di Negeri Paman Sam, Dharsono pulang ke tanah air pada 2004 untuk mewujudkan keinginannya menjadi seorang pengusaha. Tahun 2007, dia bertemu dengan Rezal Kusumaatmaja, temannya semasa kuliah di Cornell University. Rezal menantang Dharsono untuk mewujudkan bisnis baru yang bisa menjaga lingkungan, menyejahterakan masyarakat, dan menghasilkan keuntungan sekaligus.

“Saat itu, bagi saya itu misi yang tidak mungkin, tapi karena saya rasa ini cukup menarik, akhirnya saya mencoba. Rezal bilang kepada saya, ‘Bila kita mau menjaga gambut ini, nanti ada cuan-nya’,” tutur Dharsono.

Berdasarkan modal pengalaman di dunia finansial, Dharsono bisa mengestimasi berapa potensi penjualan dan pengeluaran perusahaan. Namun, ia akui bahwa butuh waktu lama untuk merasakan keuntungan dari bisnis ini.

“Untuk orang yang mau bekerja seperti ini harus punya integritas dan minat. Mereka boleh punya latar belakang yang lain, tapi selama mereka punya minat untuk melakukan apa yang mereka lakukan, kami siap menerima,” kata Dharsono.

Minat pula yang membawa Febrasius, general manager di PT Rimba Raya Conservation, yang juga bergerak di bidang pengurangan emisi dari hutan dan gambut, untuk mengerahkan segenap upayanya demi menjaga kelestarian lingkungan, terutama hutan. Sisi timur Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, adalah wilayah kerja Febrasius.

“Peran kita sebagai konservasionis maupun perusahaan yang mereduksi karbon adalah berusaha untuk mencegah kerusakan gambut dan secara strategis memperbaikinya. Ini juga memberikan manfaat untuk lingkungan dan masyarakat,” ujar Febrasius dalam seri webinar #JobsForNature.

Sebagai putra Dayak, Febrasius mengaku karakternya dibentuk oleh hutan. Kini Febrasius telah 20 tahun menjalani profesinya sebagai konservasionis, berawal dari LSM yang bergerak di bidang penyelamatan orangutan. Apakah bekerja untuk menjaga kelestarian lingkungan dapat memberikan manfaat ekonomi? “Karena ini minat, kadang apa yang saya dapatkan bukan hal yang utama. Tapi berdasarkan pengalaman saya, 20 tahun di dunia konservasi, dari bekerja di LSM saja masih cukup untuk membeli kopi dan susu,” kata dia.

Ditulis oleh: Deodatus Pradipto, Terra Komunika

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close