Generasi Milennials : Optimalisasi Bonus Demografi Indonesia Tahun 2017 – 2035

Urgensi Memahami Generasi Milennials Sebagai Upaya Optimalisasi Bonus Demografi Indonesia Tahun 2017 – 2035

Bonus demografi merupakan suatu istilah mengacu kepada adanya ledakan populasi manusia yang berada pada umur produktif kerja yaitu 15 – 64 tahun  di suatu negara (Gribble dan Bremner, 2012 dalam Hayes, 2015) menjelaskan bahwa bonus demografi merupakan pada percepatan pertumbuhan ekonomi suatu negara yang diawali dari perubahan struktur demografi penduduk, dicirikan dengan menurunnya angka kelahiran dan angka kematian penduduk. Bonus demografi biasanya hanya dialami oleh negara berkembang, yang biasanya memiliki piramida kependudukan berjenis limas.

Piramida kependudukan berbentuk limas ini menunjukan bahwa penduduk pada negara tersebut didominasi oleh bayi, anak – anak, dan remaja yang merupakan generasi penerus suatu bangsa. Bonus demografi dalam ekonomi kependudukan dimaknakan sebagai sebuah kesempatan untuk meraup keuntungan ekonomis akibat melonjaknya jumlah usia manusia produktif kerja dengan memaksimalkan sektor investasi, infrastruktur, UKM, dan industri. Keberadaan bonus demografi menurut Jati (2015) diasumsikan dapat meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Lebih lanjut Hayes (2015) mengatakan bahwa perubahan struktur umur dalam cakupan negara pada kondisi tertentu dapat menjadi stimulus untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi.

Menurut Jati (2015) struktur umur penduduk Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 sebanyak 157 juta jiwa atau 66% dari total penduduk Indonesia sedang berada pada usia produktif yaitu 15 – 64 tahun. Jika dilihat melalu kacamata sejarah, transisi demografi indonesia sudah dimulai semenjak tahun 1970. Melalui sensus penduduk pada tahun 2000 kemudian diketahui bahwa ada peningkatan jumlah penduduk yang berusia 15 – 64 tahun dari 63 – 65 juta penduduk pada tahun 1970 menjadi 133 – 135 juta penduduk pada tahun 2000. Melihat realita yang terjadi maka berdasarkan data pertumbuhan penduduk tersebut, maka bagi Indonesia mengalami bonus demografi. Sejalan dengan itu, Hayes (2015), Jati (2015), dan Bappenas (2015) menyatakan bahwa pada tahun 2017 – 2019 merupakan bonus demografi Indonesia yang pertama dan pada tahun 2020 – 2035 merupakan bonus demografi Indonesia yang kedua. Berdasarkan Kalvin (2015) bahwa puncak dari bonus demografi Indonesia akan berada pada tahun 2028 – 2032.

Bagi Indonesia sendiri bonus demografi sejatinya seperti pedang bermata dua, disatu sisi dengan meledaknya jumlah manusia di usia produktif kerja maka akan mungkin mempercepat roda produksi yang kemudian berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi, sedangkan disisi lain hal yang mungkin terjadi adalah meningkatnya angka pengangguran mengingat lapangan kerja yang terbatas dan akan meningkatnya persaingan antar pencari kerja. Menurut Jati (2015) jika negara tidak melakukan investasi pada sumber daya manusia (human capital investment) maka besar kemungkinan bonus demografi akan berubah menjadi gelombang pengangguran massal dan semakin menambah beban anggaran negara.

Tentu kita semua mengingkan negara Indonesia kita ini maju bukan? Untuk itu, memaksimalkan bonus demografi yang sudah didepan mata menjadi harga mutlak bagi Indonesia. Pertanyaan besarnya adalah bagaimana caranya memaksimalkan bonus demografi tersebut? Sebelum berbicara mengenai langkah memaksimalkan bonus demografi, saya ingin mengajak kamu untuk memahami siapa sebenarnya yang akan berperan besar pada bonus demografi kali ini. Disebutkan di atas, bahwa akan ada ledakan jumlah penduduk usia produktif kerja yaitu 15 – 64 tahun, hal itu akan terjadi pada tahun 2017 – 2019 (bonus demografi  pertama), 2020 – 2035 (bonus demografi kedua), dan pada tahun 2028 – 2032 adalah puncak dari ledakan tersebut.

Pertanyaan selanjutnya..

Siapa yang sedang “memegang” sektor – sektor strategis di indonesia terutama sektor industri, perdagangan, UMKM, dan investasi?

Siapakah orang – orang yang berada pada usia produktif kerja pada saat bonus demografi sedang terjadi (2017 – 2035)?

Simple saja jawabanya, yakni mereka yang lahir diantara 1980 – 1995 akhir lah yang sedang berada pada usia produktifnya. Nah, generasi yang lahir pada rentang tahun 1980 – 1995 akhir oleh teori generasi disebut sebagai generasi milennial.

Nah setelah mengetahui siapa yang memegang peranan penting saat bonus demografi terjadi maka baru kita bisa berbicara bagaimana caranya memaksimalkan bonus demografi melalui para milenials yang berada pada usia produktif kerja. Tentu saja para milenials nantinya akan memiliki bermacam – maca profesi, namun secara umum generasi milenaial tentu saja memiliki karakteristik yang berbeda dari beberapa generasi sebelumnya (generasi X, generasi babby boomer, dan traditional). Dalam aspek bekerja Gallup (2016) menyatakan para milenials dalam bekerja memiliki karakteristik yang jauh berbeda dibandingkan dengan generasi – generasi sebelumnya, diantaranya adalah

  1. Para milenials bekerja bukan hanya sekedar untuk menerima gaji, tetapi juga untuk mengejar tujuan (sesuatu yang sudah dicita – citakan sebelumnya),
  2. Milennials tidak terlalu mengejar kepuasan kerja, namun yang lebih milenials inginkan adalah kemungkinan berkembangnya diri mereka didalam pekerjaan tersebut (mempelajari hal baru, skill baru, sudut padang baru, mengenal lebih banyak orang, mengambil kesempatan untuk berkembang, dsb)
  3. Milennials tidak mengingkan boss, milenials menginginkan Gaya kepemimpinan kuno (read : boss jaman dulu yang suka memerintah dan mengontrol)
  4. Milennials tidak mengingkan review tahunan, milenials menginkan on going conversation
  5. Milennials tidak terpikir untuk memperbaiki kekuranganya, milenials lebih berpikir untuk mengembangkan kelebihanya.
  6. Bagi milennials, pekerjaan bukan hanya sekedar bekerja namun bekerja adalah bagian dari hidup mereka.

Karakteristik khas dari milennials ini kemudian harus coba dipahami oleh pemerintah maupun swasta, sehingga dalam mengembangkan dan memberikan perlakuan terhadap karyawan – karyawanya bisa lebih sesuai dengan karakteristiknya. Harapanya adalah dengan sesuainya perlakuan perusahaan (motede pelatihan, regulasi perusahaan, cara rapat, cara berkomunikasi dengan atasan, perlakuan pada hak – hak pribadi karyawan, dsb) dapat meingkatkan produktivitas kerja dari karyawan itu sedniri. Dalam sebuah industri meningkatnya produktivitas kerja tentu saja mempercept putaran roda produksi, sehingga pemaksimalan bonus demografi lebih mudah tercapai.

Tentu saja strategi yang saya paparkan di atas adalah salah satu strategi yang mungkin bisa menjadi alternatif solusi untuk memaksimalkan milennials dalam setting pekerjaan. Strategi ini dimulai dari memahami karakteristik individu para milennials dalam setting pekerjaan. Begitu juga dengan strategi lainya, seperti membentuk para wirausaha baru sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan saat bonus demografi sedang terjadi, meningkatkan kompetensi tenaga keja melalui pelatihan dan pengembangan (kepemimpinan, pengambilan keputusan, berpikir strategis, berpikir analis), dsb.

Sehingga, memhami karakteristik milenials akan memiliki urgensi tersendiri pada masa – masa bonus demografi dalam upaya negara Indoneisa memaksimalkan bonus demografi tersebut. Terlebih lagi jika melihat kondisi Indonesia yang sudah memasuki MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), artinya persaingan tenaga kerja bukan hanya antar warga negara Indonesia saja, melainkan juga dengan warga negara asing, maka mengembangkan kompetensi, meningkakan produktifitas, dan mengedukasi tenaga kerja lokal menjadi mutlak harus dipenuhi.

Sukses untuk semua Generasi Millennials Indonesia!

Tetap berjuang dan bekerja keras!

 

Author :

Ahmad Fida Abdullah -Koordinator Departemen Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran (UNPAD, 2014 – Sekarang)

 

 

 

 

Photo Sources :

https://www.marketingweek.com/2016/09/14/behaviour-versus-demographics-why-the-term-millennial-is-useless/.

http://www.jaygarvens.com/demographics-in-america-the-millennial-wave-to-come/.

 

Comments (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close