JAKARTA – RumahMillennals.com | Di artikel sebelumnya, Rumah Millennials udah ngebahas topik soal travelling yang bukan soal jalan – jalan aja, tapi sebisa mungkin berdampak positif baik saat perjalanan maupun setelah pulang.
Masih seputar Travelling, kali ini Rumah Millennials kembali mengadakan M-Talks dengan tema “Inclusion 101: Travel With Kindness” Sabtu 19 Oktober 2019 di @america Pacific Place, Jakarta Pusat. Narasumber kali ini adalah sosok – sosok muda yang sudah berkelana ke berbagai daerah, dan mendapatkan nilai positif dari travelling untuk diri mereka serta memberikan dampak positif bagi Indonesia. Selain itu, perwakilan Kedutaan Besar Amerika Serikat pun turut berbagi cerita dan informasi soal program pertukaran pemuda AS – Indonesia Mereka adalah:
- Abi Marutama – US Alumni
- Marthella Rivera R. Sirait – Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penyandang Disabilitas Rumah Millennials
- Vania Santoso – Founder HeyStartic & Ketua Bidang Inovasi Sosial dan Partisipasi Pemuda Rumah Millennials
- Emily. G. Abraham – Assistant Cultural Attache for US Mission in Indonesia
- Mira Zakaria – Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan Rumah Millennials & Executive Director Polyglot Indonesia (Moderator)
Emily sebagai perwakilan dari Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia mengajak para pemuda untuk ikut dalam program – program pertukaran pelajar AS – Indonesia. Disana, sobat millennials bakal dipaksa keluar dari zona nyaman, melakukan perjalanan jauh dari Indonesia ke Amerika Serikat, tinggal homestay, dan bergaul dengan pemuda – pemuda dari berbagai negara lain yang pastinya beda banget secara budaya dan pola pikir dengan sobat millennials yang dari Indonesia.
Ada program YES (Youth Exchange & Study) yang memberi beasiswa ke pemuda – pemuda dari negara berkembang khususnya negara Islam, untuk mengambil program studi satu tahun di Amerika Serikat. Ada juga YSEALI (Youth Southeast Asia Leaders Initiative), program pembangunan kepemimpinan dan networking untuk pemuda/i dari negara Asia Tenggara ke Amerika Serikat. Abi Marutama adalah alumni YSEALI, dan terbukti mereka sukses membawa dampak positif dari program tersebut setelah pulang dari Amerika Serikat. Program – program tersebut terbuka untuk siapapun dan gratis, semuanya dibiayain oleh pemerintah Amerika Serikat. Cucok banget buat sobat millennials yang lagi pengen banget ngembangin diri.
Selain ikut YSEALI, Abi Marutama juga bergabung dalam program New Urban Agenda 2019 dari PBB, setelah tahun 2016 disepakai oleh UN habitat. Dari program tersebut, travelling terbukti menyatukan para penyandang disabilitas dan orang – orang normal dari berbagai negara, demi menyuarakan hak – hak disabilitas, terutama tata kota dan akses pariwisata yang inklusif. Dengan menata kota dan kawasan pariwisata yang inclusive, suatu negara bisa meningkatkan pendapatan negara hingga 15%, karena semua orang baik normal maupun disabilitas bisa menikmati segala fasilitas yang ada. Tentu inklusifitas menjadi hal yang menjanjikan dalam meningkatkan perekonomian negara. Abi menekankan kunci dari travelling itu sendiri, berteman dengan orang – orang baru, berempati dengan mereka, berbagi pengalaman, dan dari situlah kita bisa menjalin hubungan baik dengan masyarakat.
Senada dengan Abi, Marthella Sirait juga berbagi betapa asiknya travelling apalagi kalau perginya sendiri alias solo travelling. Thella mendapatkan banyak sekali hal – hal baru yang ia dapatkan saat melakukan solo travelling di waktu liburnya pada waktu mengambil program S2 di Birmingham, Inggris. Dia menemukan di Inggris ada namanya wheelyboat, perahu yang bisa mengakomodir teman – teman disabilitas terutama pengguna kursi roda. Di kampusnya Thella sendiri, jalanannya sangat mudah diakses oleh ibu – ibu yang membawa bayi dengan stroller, para pengguna kursi roda, dan tuna netra. Benar – benar terbukti tata kota yang inklusif sangat menguntungkan bagi masyarkat
Berbeda dengan Thella, Vania Santoso mengaku kalau dia bukanlah seorang travel enthusiast tapi lebih kepada happened to be traveller. Maksudnya, Vania berpergian dengan membawa suatu misi mengembangkan social entrepreneur Heystartic yang ia dan kakaknya jalankan. Dia kerap diundang ke berbagai pameran dan lomba di luar negeri, dengan tujuan utama bisa berkolaborasi dengan berbagai pihak demi mengangkat isu lingkungan dan produk recycle. Jadi saat travelling bukan hanya jalan – jalan saja tapi hubungan yang dibina selama proses travel sehingga saat pulang nanti akan ada suatu kolaborasi yang bisa berdampak positif.
Seru kan travelling? Pas masih muda begini, cobalah sekali aja pergi keluar negeri. Kalo travelling kalo bisa jangan pake grup travel, tapi sendiri atau maksimal berdua deh. Seninya pergi keluar negeri adalah kamu mendapatkan pelajaran hidup yang gak bakalan kamu dapetin di sekolah dan di negaramu.
Sedikit berbagi aja, saya sendiri tinggal di Jepang selama 4 tahun saat mengambil S1 di kampus international yang mahasiswanya datang dari lebih dari 80 negara yang berbeda. Di kampus, yang namanya toleransi akan perbedaan itu udah common sense, kita yang mahasiswa harus terbiasa belajar, bekerja, dan berorganisasi dengan orang – orang dari berbagai latar belakang. Setelah pulang dari Jepang, segala stigma tentang perilaku orang dari negara – negara lain, maupun adanya perbedaan sudut pandang di lingkungan saya, bagi saya itu adalah hal biasa.
Bagi saya, punya keyakinan berbeda itu biasa, punya pilihan politik berbeda itu biasa, bahkan punya preferensi sexual yang berbeda itu biasa. Itu semua adalah pilihan hidup mereka berdasarkan pengalaman hidup dan bagaimana mereka dibesarkan di lingkungan mereka. Asalkan tetap saling menghormati, tidak mencela satu sama lain, bisa bergaul dengan baik dengan masyarakat, punya attitude yang baik dimanapun dia berada, bagi saya gak masalah.
Itulah cerita kami semua sobs. Kamu gimana? Udah kemana aja? Sharing – sharing dong, di kolom komen di bawah!
Leave a Reply