Momentum Akseleratif Pemuda Indonesia

RumahMillennials.com | Mari sejenak melihat posisi perkembangan Pemuda Indonesia, pada tahun 2016 skor Youth Development Index (YDI) kita adalah 0,527 yang menempatkan kita pada urutan 139, dengan masing-masing indikator health and well being kita dengan skor 0,699 di urutan 96 dan education kita dengan skor 0,683 di urutan 115. Youth Development Index kita ini sesungguhnya meningkat 14% dalam 5 tahun terakir.

Kita mengalami penurunan pada health and well being akibat penggunaan obat-obatan terlarang dan penyakit HIV. Pada pendidikan kita mengalami peningkatan signifikan pada sekolah menengah. Satu hal yang cukup menarik dan membanggakan kita mengalami peningkatan pada partisipasi masyarakat pada kerelawanan yang meningkat lebih dari 2 kali lipat dalam 5 tahun terakhir hingga menjadi 32%.

Dari 265,4 juta penduduk Indonesia dengan 56% berada di kota-kota besar, 132,7 juta penduduk Indonesia atau sekitar 50% adalah pengguna internet, 130 juta aktif di media sosial. Bayangkan selama 1 tahun terakhir sejak Januari 2017 pengguna media sosial di Indonesia meningkat sebesar 23% dengan penambahan 24 juta pengguna. Pengguna mobile phone sudah mencapai 91% dan pengguna smart phone sudah mencapai angka 60%.

Berapa jam yang dihabiskan penduduk Indonesia untuk menggunakan internet setiap hari? bayangkan 8 jam 51 menit dan berapa waktu yang dihabiskan untuk menggunakan media sosial? 3 jam 23 menit. Youtube, facebook, whatsapp, instagram, dan line menjadi 5 media sosial yang paling banyak digunakan secara berurutan. Facebook kini digunakan oleh 130 juta penduduk Indonesia, dan instagram 53 juta penduduk Indoenesia.

Oleh karena itu, penetrasi dunia digital ini bisa menjadi pisau bermata dua untuk pemuda-pemudi Indonesia, di satu sisi bisa mempercepat perkembangan kapasitas dan kompetensi, disisi lain bisa mendestruksi karakter, peran, dan fungsi jika tidak dikelola dengan baik.

Fenomena lain yang menjadi pembahasan diberbagai media, kalangan, dan forum adalah bonus demografi, dimana Indonesia akan mengalami peningkatan usia produktif dan mencapai puncaknya di tahun 2030 dengan 180 juta penduduk Indonesia berada dalam usia produktif berbanding 85 juta penduduk usia non produktif.

Pada fase ini dependency ratio kita menjadi 44% dan ini bisa menjadi peluang yang pada saat yang sama bisa menjadi ancaman jika tidak kita persiapkan dan dioptimalkan semaua momentum percepatan. Siapa yang bertanggung jawab? Bukan pemerintah Indonesia, tapi kita semua, termasuk pemuda Indonesia.

Tiga faktor utama yang harus menjadi perhatian kita dan kita persiapkan bersama adalah meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan kesehatan, dan meningkatkan lapangan kerja. Mengapa demikian? Kita butuh ketiga hal itu untuk memastikan hadirnya produktivitas.

Tanpa kesehatan, produktivitas akan hilang, tanpa lapangan kerja produktivitas tak mampu disalurkan, tanpa pendidikan produktivitas akan lambar. Tingginya usia produktif yang tidak diikuti oleh produktivitas tentunya tidak akan berarti besar.

Disisi lain jika jumlah usia produktif tinggi, tapi tidak diikuti oleh produktivitas yang berkualitas juga tidak memiliki dampak yang signifikan.

Tantangan pemuda dalam momentum bonus demografi harus dipahami bahwa rendahnya kualitas pendidikan dan tidak berimbanganya komposisi kemampuan dengan kebutuhan lapangan kerja akan berimplikasi pada tingginya pengangguran pada pemuda. Dengan kata lain, ketidakmampuan sistem pendidikan kita untuk mempersiapkan pemuda bersaing di pasar dan keterbatasan dari lapangan kerja akan menjadi 2 barrier besar yang menghambat kita lari cepat dalam momentum bonus demografi. Inilah ancaman kita dalam era bonus demografi.

Ketidaksiapan jumlah lapangan kerja dan kualitas para pekerja akan memberikan banyak pengaruh sosial dan ekonomi yang muncul sebagai akibatnya, yaitu penurunan produktivitas dan rendahnya pendapatan yang pada fase selanjutnya akan meningkatkan kriminalitas dan konflik sebagai akibat ketidakadilan sosial. Jika tidak waspada, kita akan mengubah bonus demografi menjadi bencana demografi.

Maka upaya-upaya strategis dalam rangka pembukaan lapangan kerja pemuda secara massive dan peningkatan sistem pendidikan yang berorientasi pada penyiapan pemuda masuk ke dalam pasar adalah pekerjaan rumah besar yang harus kita selesaikan bersama-sama dalam menyambut bonus demografi. Proses integrasi dan penjembatanan antara edukasi dan pekerjaan adalah objek strategis yang harus segera kita tuntaskan.

Lebih dari sekedar Bonus Demografi, hadirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah memberikan peluang sekaligus tantangan besar bagi pemuda kita saat ini dimana kapasitas intelektulitas dan kapabilitas kerja menjadi kunci keberhasilan.

Jika kita punya daya saing dan kapasitas yang kuat, maka itu adalah peluang kita melebarkan sayap dan meluaskan pasar kita. Namun, jika pemuda Indonesia tidak diberikan iklim yang subur maka akan memberikan dampak berupa ketidakmampuan pemuda kita dalam persaingan MEA dan pada saat yang sama kita akan kehilangan momentum bonus demografi.

Pemerintah perlu menjadikan pemuda sebagai prioritas dalam pembangunan untuk mendorong peningkatan kapasitas, karakter, kompetensi, dan menjadikan pemuda kita kompetitif. Karena kita pemuda Indonesia adalah masa depan Indonesia.

Kita harus optimis dan percaya diri bahwa bonus demografi adalah peluang besar kita untuk mengejar ketertinggalan, ini saatnya kita sprint, ini adalah panen raya kita. Upaya mendorong wirausaha sosial muda juga merupakan strategi akumulatif dalam memberikan percepatan pertumbuhan sosial dan ekonomi bangsa.

Diharapkan pada akhirnya peningkatan kapasitas pemuda ini akan memberikan kekuatan daya saing global melalui peningkatan Youth Development Index kita dan memampukan kita melakukan lompatan peradaban.

Inilah momentum kita, era kita, saatnya kita mengejar ketertinggalan, menciptakan lompatan kesejahteraan untuk generasi setelah kita.

Kita harus siapkan pendidikan, pastikan kesehatan, buka lapangan kerja, dan pacu daya saing pemuda kita. Ini adalah saatnya kita memanfaatkan bonus demografi, bersaing dalam MEA, dan menjadikan pemuda kita sebagai tonggak dalam percepatan pembangunan Bangsa.

*Bagian ke-dua dari tulisan “Generasi Millennials (Y) & Post Millennials (Z) : GENERASI YANG DINANTI-NANTI ?” oleh salah satu “Penjaga Rumah Millennials” dr. Gamal Albinsaid (CEO Indonesia Medika)

Bagian 1: Wajah Baru Gerakan Pemuda Indonesia
Bagian 3:
Generasi Wirausaha Sosial untuk Percepatan yang Akseleratif

dr. Gamal Albinsaid

CEO Indonesia Medika, Motivator Internasional, 50 most impactful social innovator. Seorang dokter, wirausaha sosial, inovator kesehatan, inspirator pemuda Indonesia, dan penulis buku "Muda Mendunia".. Mengembangkan berbagai inovasi kesehatan sosial, diantaranya Klinik Asuransi Sampah, Livestock Waste Insurance, Homedika, Sabuk Bayi Pintar, Mother Happiness Center, Care4Mother, Siapapeduli.id, dan lain sebagainya. Inovasinya telah membantu ribuan pasien kurang mampu mendapatkan layanan kesehatan. dr. Gamal Albinsaid menjadi pemuda pertama di dunia dan satu-satunya di Asia yang meraih penghargaan Kehormatan, HRH The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur Award dari Kerajaan Inggris. Meraih lebih dari 40 perhargaan dan 9 penghargaan internasional dari Jerman, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Amerika, Thailand, Kamboja, Jerman, dan Peru. www.GamalAlbinsaid.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close