Calon Pemimpin Muda, Wajib Punya 4 Hal Ini Kalau Mau Sukses!

Bandung – RumahMillennials.com | Mungkin tidak semua orang menyadari bahwa setiap orang lahir dengan jiwa kepemimpinan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui sebaik apa kemampuan memimpin kita. Dalam sesi M-Talks 20 Juni 2020, Syaeful Mujab yang pernah menjabat sebagai Ketua BEM UI 2017 dan Abang DKI Jakarta 2018 serta Irsyad Al-Ghifari sebagai Presiden Nasional FoSSEI 2018/2019 berkesempatan untuk membagikan pengalaman mereka sebagai pemimpin muda.

Bagaimana sampai kepikiran untuk menjadi seorang pemimpin?

Syaeful Mujab yang akrab disapa Mujab sejak SMP sudah banyak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan saat SMA berhasil menjabat sebagai ketua OSIS. Kesenangannya berorganisasi ia lanjutkan saat berkuliah di Universitas Indonesia. Ia pun mengambil keputusan yang beresiko saat maju sebagai ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI dengan konsekuensi harus kuliah lebih dari 4 tahun ketika sudah berpotensi untuk menyelesaikan kuliah dengan predikat cum laude. Pencalonanannya sebagai ketua BEM UI terinspirasi dari kalimat seorang pemulung yang tak sengaja ia temui sehabis demo, “Makasih, Mas, sudah demo untuk kita.”

Berbeda dengan Irsyad yang tidak pernah menjadi ketua sebelumnya. Saat SMP, ia sempat mencalonkan diri menjadi ketua OSIS namun kalah. Namun, kandidat yang menang menggunakan gagasan untuk program kerjanya. Menariknya hal ini juga terulang kembali saat ia mencalonkan diri menjadi ketua OSIS di SMA. Saat ini, ia menjabat sebagai Presiden Nasional FoSSEI (Forum Silaturrahim Studi Ekonomi Islam) atas pencalonan dari rekan-rekannya.

Value apa yang harus dipegang dalam kepemimpinan?

Integritas adalah hal yang krusial menurut Mujab. Penting baginya untuk menjadi selaras antara apa yang diyakinkan dan dilakukan. Pemimpin harus membawa perubahan bukan sekadar melanjutkan kepemimpinan.Berbeda dengan Irsyad yang membagi value ini menjadi 3 kategori yaitu perubahan, sejarah, dan inspirasi. Perubahan akan menjadi sebuah keabadian dengan mengambil contoh perubahan pada sistem KAI oleh Ignasius Jonan. Perubahan harus meninggalkan legacy yang akan menjadi sejarah. Sejarah tersebut akan menginspirasi selamanya untuk menjadi pembelajaran.

Karakter yang seperti apa yang harus dimiliki seorang pemimpin?

Menurut Mujab kepemimpinan itu bersifat kontekstual, tergantung pada kondisi organisasi tersebut serta ada proses trial and error saat memimpin. Penyesuaiankondisi contohnya, saat memimpin organisasi profit dan nonprofit. Pendekatan humanis lebih cocok dilakukan untuk organisasi nonprofit, tetapi tidak pada organisasi profit.

Sedangkan menurut Irsyad, yang paling krusial adalah aspek komunikasi sehingga pemimpin harus banyak nongkrong. Ia juga sering dengan sengaja menyerahkan tanggung jawab memimpin rapat bergantian karena baginya pengalaman memimpin itu hak semua orang. Namun, ia akan bertindak korelis untuk hal yang menyangkut prinsip contohnya adalah deadline dari tanggung jawab.

Bagaimana cara untuk menghadapi ekspektasi orang lain?

“Fokus dengan ekspektasi sendiri adalah kunci,” begitu kata Mujab. Ekspektasi eksternal dapat dijadikan pertimbangan namun bukan yang utama. Ia menyadari bahwa sebagai manusia tidak bisa memuaskan semua orang. Ia juga berprinsip hidup adalah seni mengolah pilihan dengan konsekuensi-konsekuensi yang ada. Hal yang pertama untuk dilakukan menurut Irsyad adalah memahami ekspekstasi sendiri dan orang lain. Setelah itu, sebagai pemimpin penting untuk memenangkan hati banyak orang bukan memuaskan hati banyak orang

Bagaimana cara mengolah emosi sebagai seorang pemimpin?

Berdasarkan pengalaman Irsyad, emosi itu muncul karena lelah sehingga normal saja. Ia mengatasinya dengan rutin berolahraga serta tidak memutuskan sesuatu di atas jam 21.00 karena menurutnya itu akan menjadi keputusan yang prematur. Lain halnya dengan Mujab, awalnya saat menjadi pemimpin, ia tidak suka menceritakan masalah yang dihadapinya. Lambat laun ia menyadari pemimpin bukanlah makhluk sempurna maka ia akan menceritakan masalahnya untuk mendapat perspektif yang berbeda.

Dengan pengalaman yang berbeda, Mujab dan Irsyad sepakat tidak ada sekolah kepemimpinan selain pengalaman. Mujab membenarkan pandangan umum bahwa kepemimpinan adalah seni untuk mengatur serta menavigasi untuk mencapai tujuan. Hal yang membedakan baik atau buruknya yaitu apakah untuk memenuhi tujuan kelompok/pribadi. Sedangkan, bagi Irsyad kepemimpinan adalah tentang perjalanan kehidupan dengan input-input tiap individu yang berbeda. Jadi, setiap orang dibentuk untuk menjadi pemimpin dengan cara yang berbeda. Tinggal bagaimana skill tersebut akan terus dikembangkan oleh tiap orang.

Trisina S

Trisina S Journalist of Rumah Millennials As electrical engineering graduate, she has particular interest in technology of both renewable and nonrenewable energy. She is keen on community involvement also reading novels when not spending time with errands.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close