Magnificent Life: Mengenali Diri Sendiri dan Berdamai Pada Krisis Kehidupan

Jakarta – RumahMillennials.com | Quarter Life Crisis (QLC) merupakan suatu kondisi hidup yang dialami seseorang dengan dominasi perasaan ragu pada diri sendiri, insecure, kecemasan dan kehilangan motivasi diri, serta kebingungan akan masa depannya. Fase QLC umumnya terjadi di usia 20-an dan berlanjut sampai usia 30-an, dimana artinya usia generasi millennials saat ini termasuk kelompok yang sedang dalam fase QLC.

Tema QLC menjadi hal menarik untuk dijadikan bahan diskusi generasi muda saat ini. Seperti acara yang berlangsung pada 22 Desember 2019 lalu bertempat di Tantular Cafe, acara kali ini mengusung tema “Quarter Life Crisis” bersama Ketua Bidang Pemberdayaan Sosial Rumah Millennials sekaligus Founder of Isbanban Foundation & CARE Institute yaitu Panji Aziz Pratama dan pembicara kedua Ijma Sujiwo sebagai Training Coach People and Community Facilitator.

Panji Azis – Founder Isbanban & Ketua Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Pada kesempatan tersebut, Panji Aziz Pratama mencoba menceritakan pengalaman pribadinya ketika menghadapi krisis hidup di usia 20-an, dari mulai setelah lulus SMA dan kebingungan untuk melanjutkan kuliah, berusaha membangun social project dari awal, mencari pekerjaan yang sesuai passion, belum lagi saat itu ia harus menghidupi keluarga kecilnya hingga pada satu titik harus menurunkan ego dalam memilih pekerjaan serta mencoba melibatkan hati dalam setiap pekerjaan yang dilakukan. Menurut Panji, krisis hidup yang dialami seseorang adalah hasil dari keputusan yang dia ambil sendiri, hal ini mengartikan bahwa siapapun dan di usia berapapun seseorang akan menemukan titik krisis di hidupnya.

Untuk menghindari kemungkinan besar terjadinya krisis tersebut, sebaiknya setiap orang perlu bijak dalam mengambil keputusan, misal dalam menentukan karir kita perlu mengetahui perbedaan antara job dan calling. Job biasanya dilihat sebagai sarana untuk mencapai tujuan, misalnya kamu butuh uang maka kamu harus mendapatkan pekerjaan. Sedangkan, calling adalah adanya perasaan terhubung dengan tujuan dan nilai yang kamu miliki, namun terkadang tidak mendapatkan uang ataupun justru menemukan perbedaan nilai dalam perjalanannya. Setelah adanya penjelasan ini tentu kita akan bertanya, “lebih pilih karir sesuai passion atau kestabilan finansial?”.

Masih menurut Panji, terdapat empat point yang dapat penulis simpulkan, jawabannya adalah 1) dengan mengenali diri sendiri terlebih dahulu, 2) mengetahui privillege apa yang kita punya, 3) menurunkan egoisme dalam diri, 4) jangan dengar apa kata orang, dalam artian ada kalanya kita perlu memprioritaskan diri sendiri.

Ijma Sujiwo – Training Coach People and Community Facilitator

Masih dalam tema yang sama mengenai life crisis, pembicara selanjutnya yaitu Ijma Sujiwo mencoba memberikan penyajian yang berbeda. Ia mencoba mengajak para audience untuk mengisi selembar kertas yang berisi beberapa pertanyaan singkat, sesi pertama adalah mengisi kertas berjudul “Kenali Siapa Diriku”, kemudian sesi selanjutnya mengisi kertas “Kenali Tujuan Hidupmu”. Melalui training semacam itu, bertujuan untuk menyegarkan kembali ‘sebenarnya siapa kita? dan apa tujuan kita?’ selain itu, Ijma juga memberi penjelasan singkat mengenai faktor pemicu QLC yaitu karir, uang, teman, keluarga, eskpektasi orang lain, dan pasangan.

Pemicu yang paling mendominasi QLC pada generasi millennial ada dua faktor, pertama identity yaitu mempertanyakan kembali siapa kita, apa yang kita ingin capai dalam hidup ini, apa yang sebenarnya harus kita lakukan dalam hidup, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya menyangkut identitas diri. Kedua, ekspektasi yaitu baik itu ekspektasi orang lain terhadap diri kita, sehingga membuat pressure bagi diri sendiri, maupun ekspektasi yang kita buat terhadap satu hal tertentu maupun terhadap orang lain. Lalu, bagaimana cara berdamai dengan diri sendiri? Terdapat empat point penting bagaimana cara agar kita bisa berdamai dengan kondisi life crisis:

1) Know yourself

2) Review goals

3) Stop comparing with each others

4) Action.

Terlepas dari kompleks nya masalah krisis kehidupan, ternyata kita membutuhkan keadaan krisis tersebut khususnya bagi generasi millennials. Dalam tulisan “Why Millennials Need Quarter Life Crisis” di Psychology Today dikatakan bahwa QLC adalah tentang ketidakpastian yang tak berkesudahan tentang siapa kita dan apa yang kita inginkan, dan ini terjadi tidak secara permanen. Sehingga, satu-satunya solusi adalah tetap berjuang, itu artinya krisis adalah sebuah siklus yang akan menghilang lalu berganti dan memunculkan sesuatu yang lebih baik atas pertanyaan-pertanyaan kritis kita soal kehidupan.

Marindah Putri

Siblings of Rumah Millennials & International Relations student at State Islamic University of Jakarta Interested in the world of journalism and try to write anything. Passionate at cooking and eating.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close