Yolanda Puspa Febiola: Gadis Pramuka Yang Berjuang Untuk Anak-Anak Indonesia

CIBUBUR – RumahMillennials.com | Sore itu saya memacu motor saya menuju ke Cibubur untuk menemui teman baik saya. Saya mengenalnya baru beberapa bulan yang lalu karena dia baru bergabung dengan Rumah Millennials. Sesampainya di Cibubur, saya yang sedang menulis artikel untuk Rumah Millennials, disapa dari belakang olehnya. Yolanda Puspa Febiola, atau biasa dipanggil Yola.

Saya begitu tertarik dengan profilnya karena dia satu-satunya siblings baru Rumah Millennials yang dipercaya untuk mencanangkan program baru yaitu Rumah Millennials Kota (RM Kota). Program ini berawal dari saat saya mendorong Yola untuk berbicara dengan Sir Taufan Akbari mengenai idenya.

Kesimpulan dari diskusi hari itu adalah Yola dipercaya untuk memegang program RM Kota.
Tentu saya tidak heran, karena Yola adalah anggota Dewan Kerja Pramuka Nasional. Dia sudah malang-melintang ke daerah – daerah Indonesia dalam program pramuka.

Dia punya networking yang cukup luas dengan pemuda – pemudi Indonesia di kota – kota lain bahkan sampai ke Indonesia Timur.

Dedikasinya terhadap organisasi kepemudaan seperti Pramuka, bergabungnya Yola dengan Rumah Millennials, dan cita-citanya terhadap Indonesia membuat saya semakin penasaran siapa sosok Yolanda Puspa Febiola ini.

Berikut interview eksklusif saya dengan Yola:
Audi (A): Coba certain dong Yola itu siapa sih?
Yola (Y): Aku itu adalah seorang aktivis organisasi Pramuka. Aku ikut Pramuka dari SD, sekarang menjadi salah satu perempuan pertama dari Bali yang menjadi ‘Penegak Garuda’; itu adalah prestasi tertinggi di suatu golongan di Pramuka yang sudah melewati tes dan pengujian terhadap pembuatan project pengabdian masyarakat. Aku saat ini masuk dalam jajaran anggota Dewan Kerja Nasional di Pramuka

A: Kamu kan dari Bali, kok bisa ke Jakarta? Apa kamu lewat jalur pramuka atau ada pekerjaan lain?
Y: Aku ke Jakarta karena aku ingin mengikuti mengikuti tes anggota Dewan Nasional dan menjadi perwakilan Pramuka Bali. Dewan nasional adalah organisasi anak – anak muda umur 16 – 25 tahun yang menjadi dewan kerja Pramuka se-Indonesia. Ada tingkat Kecamatan, Kabupaten dan daerah. Alhamdulillah, aku mewakili Bali disini.

Di Tahun 2017 aku juga mewakili Indonesia dalam pemilihan dewan kerja dunia namanya World Scout Conference. Dari Indonesia aku sendiri bersama dengan anak – anak dari 143 negara.

A: Waw, menarik ya. Aspirasi apa yang kamu ajukan di forum itu?
Y: Jadi dari Asia Pasifik membuat kelompok – kelompok kecil per regionalnya. Dari Indonesia mencanangkan satuan terpisah putra dan putri. Karena kalau di Amerika, mereka menyatukan putra dan putri dalam satu tenda dengan alasan perempuan sudah harus disetarakan dengan laki – laki.

Tapi, dari Indonesia mencanangkan kepada teman – teman Amerika dan negara barat lainnya agar program penyatuan putra dan putri tidak dilakukan karena tidak sesuai dengan budaya ketimuran.

A: Apa yang kamu bawa ke Indonesia setelah forum itu?
Y: Metode pemilihan anggotanya, karena sekarang sudah dilakukan dengan sistem bar code dan penggunaan teknologi dalam pemilihan anggota. Kendalanya, kita harus menyediakan komputer dan sistem yang mendukung sistem itu. Transparasi dari pemilihan akan mempengaruhi kinerja organisasi.

A: Boleh juga ya aspirasi kamu. Ini menunjukan kamu berani speak up di forum. Berarti kamu udah berani menunjukan kamu itu unik. Nah certain dong kamu itu unique poitnnya apa?
Y: Aku suka tantangan, aku suka sesuatu hal yang baru, aku suka travelling. Suka mencoba hal baru, tempat baru, dan orang baru. Semua itu aku dapatkan di pramuka. Aku gak mikirin kalo dikirim ke daerah itu nanti aku kenal sama siapa, ketemu siapa, pokoknya niatku tulus dan aku mau belajar mencari sesuatu yang baru. Aku terapin di dewan kerja, di daerah juga. Jadi aku bukan tipe yang kalo gak ada teman aku gak maju.

A: Dari ikut pramuka, kamu udah berkembang menjadi orang yang seperti apa?
Y: Menurutku pramuka sangat membentuk karakterku. Aku jadi lebih terasah jiwa kepemimpinan dan ketegasan. Aku tipe orang yang tidak suka dengan sesuatu yang gampang disulitkan, atau masalah yang bisa diselesaikan tapi diribetin. Karena di pramuka kita diajarkan berpikir praktis, efisien, dan tepat. Jadi kalau suatu masalah bisa diselesaikan dengan cepat kenapa harus lama. Aku orangnya gak suka ribet tapi aku teliti.

A: Wah luar biasa ya. Emang seharusnya kayak gitu, kalau ada masalah bisa diselesaikan segera kenapa harus dibuat ribet. Oke, Yola kamu kan kelahiran 1994. Kamu masuk dalam kategori generasi millennials Indonesia. Menurut kamu millennials itu apa?
Y: Generasi dimana pembentuk karakter anak – anak mudanya tidak seperti dulu atau bisa aku sebut strawberry generation. Strawberry generation maksudnya mungkin luarnya keras, fisik mereka terlihat kuat tapi dalamnya lembek. Sekali dihancurkan sekali ditekan, itu mereka sudah lebur. Jadi aku menggambarkan generasi jaman sekarang seperti strawberry makanya jadinya strawberry generation.

A: Berarti kamu juga strawberry generation?
Y: Untungnya aku masuk pramuka. Karena pramuka wadah yang bisa membentuk karakterku menjadi lebih kuat. Apalagi di dewan kerja nasional melatih aku mengenal orang – orang dari 34 daerah yang notabene mereka semua berbeda dan unik terutama dari segi cara komunikasi. Dimana orang Timur dan Barat Indonesia itu berbeda. Karena aku pramuka dari kecil, jadi karakterku itu tegas ya tegas, keras ya keras.

A: Berarti kamu sudah ketemu sama millennials Indonesia dari berbagai daerah. Nah sekarang kamu di Jakarta, tepatnya di Jabodetabek. Kamu ngeliat millennials Jabodetabek seperti ini, kamu juga liat millennials dari daerah luar Jabodetabek. Apa sih yang membedakan millennials Jabodetabek dengan millennials dari daerah – daerah di Indonesia?
Y: Kalo yang beberapa daerah yang aku datengin, seperti Papua, justru kategori strawberry generation itu ada di Jabodetabek. Karena memang salah satu alasannya dari segi teknologi dan informasi yang muda diakses, dunia seperti dalam genggaman tangannya. Itu membuat mereka lembek dan males, karena apa – apa di smartphone sudah bisa.

Tapi anak – anak sekarang memudahkan segala sesuatunya karena smartphone. Ada beberapa yang tidak bisa dilakukan dengan smartphone yang memang harus kita lakukan secara mandiri. Sedangkan teman – teman diluar Jabodetabek seperti di NTB, NTT, Maluku, dan Papua, karakter mereka lebih kuat dan jiwa mereka lebih bagus daripada anak – anak Jabodetabek.

Contohnya anak – anak di pulau Sebatik, aku baru dari sana soalnya. Itu anak – anak kalau mau ke sekolah harus berangkat jam 4 pagi subuh supaya gak ketahuan para penjaga perbatasan. Karena kalau mereka ketahuan, para penjaga gak segan – segan untuk memukul bola besi yang ada durinya itu ke mereka. Perjuangan seperti itu yang membentuk karakter anak lebih kuat untuk jadi lebih sukses nantinya. Karakter seperti itu yang tidak dimiliki oleh anak – anak di Jabodetabek.

A: Nah sekarang kamu ngeliat banyak millennials Indonesia yang berkarya. Ada beberapa millennials Indonesia yang memberikan dedikasi tinggi untuk Indonesia. Kamu ngeliat ini suatu tren yang positif? Kamu juga tahu masih banyak millennials daerah yang punya karya. Gimana kamu ngeliat fenomena seperti ini di kalangan generasi millennials?
Y: Sebenarnya kalau era seperti ini dimanfaatkan untuk ke arah positif pasti banyak sekali dampak positifnya. Tapi, coba aja dihitung berapa persen anak – anak millennials yang mau paham dan mau bergerak dibandingkan anak millennials yang tidak mau bergerak. Sebenarnya anak – anak daerah punya banyak potensi, karena mereka terjun langsung melihat sekeliling mereka tapi terkendala oleh akses, dana, fasilitas menuju kesana kurang memadai.

Saranku, aku mau membuat sesuatu yang bisa merangkul mereka tapi diluar pulau yang punya keinginan dan kemauan tapi terkendala oleh akses. Mungkin dengan caraku sekarang aku menampung dengan cara membuat proposal untuk mereka dan bawa itu ke kementrian

A: Oh begitu, mulia sekali ya hahaha… Oke, sekarang ceritain dong perjalanan kamu masuk ke Rumah Millennials, kenapa kamu bisa gabung Rumah Millennials? Atas dasar apa kamu akhirnya memilih untuk bergabung dengan Rumah Millennials?
Y: Seperti yang aku certain tadi, aku ke Jakarta untuk menjadi anggota Dewan Kerja Nasional Pramuka. Tapi sejalan dengan waktu selama setahun ini, aku merasa jenuh di Pramuka dan mau cari sesuatu yang baru. Nah ketuaku ngasih tahu aku soal Rumah Millenials dari Instagram. Aku baca – baca sekilas tentang rumah millennials terus aku mikir “kok seru ya keliatannya”. Terus kebetulan lagi ada open recruitment, ya udah aku coba – coba awalnya.

Gak ada pemberitahuan apa – apa kak Asih masukin aku ke grup. Setelah aku mengikuti kegiatan dan ketemu orang – orangnya, ternyata ini bisa jadi sesuatu yang baru buat aku, baik buat visiku sendiri dalam mengkolabrasikan antara aku di pramuka dan di komunitas seperti apa pembelajarannya.

A: Dengan kamu ada di pramukan dan di Rumah Millennials, kamu semakin aktif dalam organisasi kepemudaan. Pasti dong ada sesuatu yang menghubungkan dengan life value kamu. Sebenernya life value kamu apa? Kenapa kamu lebih tertarik masuk ke organisasi kepemudaan dibanding nyari kerja gitu? Kan kamu disini anak rantau.
Y: Aku juga dari daerah jadi aku mau mengembangkan daerahku. Kalo di pramuka aku udah hampir khatam jadi aku butuh meng-upgrade sesuatu yang baru buat aku bisa berkarya untuk daerahku. Aku pengen bisa berbakti untuk masyarakat sekitarku, aku mau berkarya lebih jauh lagi untuk Indonesia, dan karena aku udah ngeliat masalah – masalah anak muda di Indonesia aku ingin berbuat sesuatu untuk mereka.

A: Berarti spesifikasinya kamu ingin berkarya seperti apa?
Y: Aku pengen berkarya dibidang pendidikan untuk membantu anak – anak kurang mampu untuk membuat sekolah bagi mereka. Aku ingin berkarya untuk membuat anak – anak Indonesia punya hidup yang lebih baik

A: Beberapa minggu yang lalu kamu diskusi sama Sir Taufan untuk membuat RM kota. Saat Sir Taufan memberikan tanggung jawab itu kepada kamu, apa yang kamu pikirkan dan yang kamu rasain?
Y: Pertamanya, cuma mau ngomong sama sir Taufan buat bikin kerja sama antara pramuka dengan RM, gak ada kepikiran untuk membuat RM kota. Padahal aku cuma nanya RM cuma mau di Jakarta aja atau mau bikin di luar kota. Ternyata Sir Taufan menantang aku untuk membuat RM kota. Ini suatu tantangan yang ingin aku jalanin, jadi akan aku lakukan dengan menggunakan relasi aku di pramuka.

A: Dalam mencanangkan progam RM kota, value seperti apa yang ingin kamu share ke temen- temen diluar Jabodetabek?
Y: Aku ingin mengayomi temen – temen millennials di daerah yang punya keinginan berkembang tapi terkendala berbagai masalah. mereka ingin melakukan sesuatu untuk Indonesia tapi gak tahu jalurnya gimana. Aku akan buat itu di RM, karena RM rumah untuk orang – orang yang ingin berkembang jadi aku ingin menyalurkan itu.

A: Ini terakhir, impian kamu apa?
Y: Impian aku adalah untuk jadi seseorang yang bermanfaat orang lain entah aku jadi guru atau apa.

A: Detailnya belom tahu ya?
Y: Iya belom tahu kayak apa, masih berubah – rubah

Audi Rahmantio

Journalist and Publication Coordinator at Rumah Millennials The man who love to share about interesting and unique story of Indonesia as well as youth development through youth organization community. Currently, Audi started his career as public speaker in radio and being freelance MC and Moderator for several events

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close