Pahami Emosi Kamu Biar Gak Gampang Insecure Dengan Menjaga Well-Being Diri Sendiri

Jakarta – RumahMillennials.com | Menjaga kesehatan mental itu harus lho teman-teman, karena sangat berpengaruh pada performa kita dalam kerja dan beraktivitas. Kita juga harus sadar sama kondisi mental diri sendiri. Tapi, gimana caranya biar kita sadar dan tahu cara menjaga well-being diri kita? Pertanyaan ini diulas dalam diskusi Rumah Millennials bareng Nadya Saib, Co-CEO Wangsa Jelita yang juga seorang Well-Being Facilitator dan Adriana Amalia, psikolog sekaligus co-founder @asa.berdaya

Kita mulai dari definisi well-being. Nadya Saib punya versinya sendiri. Menurutnya, well-being adalah dimana kita baik, memaksimalkan potensi, dan mampu berkontribusi. “Ruang aku untuk bisa berkembang lebih baik”, tutur Nadya. Adriana menerangkan, well-being itu termasuk optimalisasi diri kita untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.

Untuk bisa sehat secara mental, syaratnya adalah kita harus menerima keadaan diri, baik segala kelebihan dan kekurangannya.  Adriana berkata, “kita gak pernah bisa terima kalau tidak memberikan cinta yang sama besarnya terhadap diri sendiri”. Artinya, kita harus cinta dulu sama diri sendiri supaya mental kita sehat.

Tapi, untuk sehat secara mental ini banyak cobaannya, yang bisa membuat kita jadi insecure sama diri. Insecure itu muncul karena ada persepsi yang membahayakan dan mengancam kita; itu bisa membuat kita marah dan takut. Namun, Adriana mengatakan kalau insecure itu tanda kita manusia. Ini juga bisa dijelaskan secara ilmiah bahwa otak cenderung lebih cepat merespon hal yang negatif. Itu karena, selama hidup manusia, kita diharuskan berjuang agar bisa bertahan hidup. Dalam pengertian ini, insecure adalah tanda kita beradaptasi.  

Bagaimanapun, kita juga tidak mau untuk terus merasa insecure. Hal ini tentu membuat kita tidak nyaman. Adriana menjelaskan kalau ada hubungan segitiga yang saling ketergantungan antara pikiran, emosi, dan tubuh. Salah satunya timpang, maka dua lainnya akan coba untuk melakukan tugas dari sisi yang timpang tersebut. Sebagai catatan juga, insecure bisa terjadi karena pikiran kita. 

Nadya juga berkata, “pikiran kita tidak selamanya teman yang baik”. Jadi, kita harus melatih mengidentifikasi pikiran kita.  Selain itu, emosi jangan dijadikan musuh. Setiap emosi itu berisi data, jadi emosi harus kita perlakukan dengan kasih sayang dan rasa ingin tahu. Adriana juga menjelaskan kalau yang bisa disalahkan adalah pikiran yang muncul, bukan emosi atapun tubuh. Bahkan, perasaan dan tubuh adalah ekspresi paling jujur.

Lalu, gimana caranya untuk bisa menavigasi emosi diri agar tidak terus-terusan insecure? Berkaca dari pengalaman, Nadya Saib membaginya menjadi dua level. Level pertama, kita harus bisa mengidentifikasi dulu bentuk emosi yang dirasakan. Setelah melalui proses tersebut, masuk ke level dua, yaitu observasi. Dalam observasi ini, Nadya melontarkan pertanyaan ke dalam diri: apa yang memicunya, apa yang terjadi, apakah ini mengingatkan akan sesuatu, dan lain sebagainya.

Setelah itu, kita bisa mulai me-navigasi emosi kita. Kita bisa menilai apakah emosi ini berasal dari fakta atau cerita. Kemudian, hal yang terjadi ini ada di dalam atau di luar kendali kita. Setelah itu, bagaimana kita bisa merespon emosi itu dengan cara yang konstruktif. Adriana menambahkan, ketika hati dan pikiran kita cocok, identifikasi menjadi lebih mudah.

Kita tidak perlu terburu-buru dalam memproses emosi dalam diri kita. Tidak ada deadline untuk itu. Setiap orang, menurut Adriana, punya bandwith emosi yang berbeda. Nadya mengatakan kalau menulis jurnal dan punya support system itu membantu dalam memahami emosi kita. Ini pun bisa jadi pembelajaran bagi kita, karena kita bisa mengetahui perkembangan emosi dan mendapatkan insight.

Terakhir, Kita harus ingat, setiap orang punya phase dan growth yang berbeda. Jadi, penting bagi kita untuk selalu mendukung satu sama lain. “Setiap orang berbeda definisi well-being, manusia itu banyak dimensi, ini bukan tentang kita, tapi juga orang lain”, jelas Nadya. Dengan kita mulai menerima diri, berarti kita menuju arah yang benar. Kalau kita lebih memahami diri sendiri, memaafkan dan mencintai diri, muncul perasaan hati yang lega.

Rizky Ridho Pratomo

Siblings Rumah Millennials Saya adalah mahasiswa tingkat akhir jurusan Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. Bidang yang saya minati adalah Politik, Keamanan, Hubungan Internasional, Filsafat, Agama, Lingkungan, Pendidikan dan Pengembangan kepemudaan. Memiliki passion dalam menulis artikel dan membaca buku. Beberapa bulan lalu bergabung di Rumah Millennials dan menjadi Kepala Bidang Riset dan Pengembangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close