
Berita tentang revolusi ketenagakerjaan untuk Generasi Z masih menjadi topik hangat di tahun 2025. Perubahan besar yang terjadi di dunia kerja, didorong oleh perkembangan teknologi dan digitalisasi, memberi tantangan sekaligus peluang baru bagi mereka yang baru memasuki dunia profesional, termasuk Generasi Z.
Dari berbagai sumber terbaru, kita bisa melihat gambaran yang cukup utuh tentang bagaimana generasi ini harus beradaptasi dalam menghadapi revolusi industri baru yang begitu cepat ini.
Pada tahun 2025, diperkirakan generasi Z akan mendominasi hingga 60% dari angkatan kerja Indonesia. Mereka lahir dalam suasana yang serba digital, sehingga kemampuan teknologi sudah melekat sejak lahir. Namun, mereka masih menghadapi kenyataan bahwa banyak dari mereka belum memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, seperti penguasaan digital dasar dan soft skill.
Tekanan besar datang dari perubahan kebutuhan keterampilan akibat kemajuan teknologi dan otomatisasi, di mana data Kemenkominfo menyebutkan bahwa 70% lowongan pekerjaan akan mensyaratkan penguasaan teknologi digital. Selain itu, ketimpangan geografis di Indonesia memperlihatkan bahwa distribusi tenaga kerja masih sangat timpang.
Pulau Jawa masih menjadi pusat industri dan investasi utama, sementara daerah-daerah tertinggal seperti Papua masih sangat minim akses terhadap peluang kerja dan infrastruktur digital yang memadai. Kondisi ini turut memperlihatkan bahwa upaya peningkatan kompetensi generasi muda harus diiringi dengan pemerataan pembangunan dan infrastruktur digital.
Teknologi artificial intelligence (AI) dan otomatisasi menjadi dua kekuatan pengubah industri yang tidak bisa diabaikan. Menurut laporan dari Kumparan, AI telah mengotomatisasi hingga 45% aktivitas yang selama ini dilakukan manusia, mendorong generasi Z untuk lebih mengandalkan keterampilan teknis dan soft skills untuk tetap relevan di dunia kerja.
Otomatisasi juga menyebabkan berkurangnya pekerjaan manual, terutama di sektor manufaktur dan logistik. Sebagai gantinya, muncul peluang baru berkat AI, seperti pengembangan ekonomi kreatif dan e-commerce yang diperkirakan akan menyerap jutaan tenaga kerja.
Dengan berbagai tantangan ini, generasi Z harus mampu melakukan upskilling, terutama melalui pelatihan digital dan platform pembelajaran berbasis AI, yang selama ini mereka kuasai lebih cepat daripada generasi lain. Meskipun mereka penuh semangat, data terbaru mengungkapkan bahwa generasi Z di Indonesia justru mengalami tingkat pengangguran tertinggi, mencapai 16%.
Banyak dari mereka yang menunggu peluang, namun jarang mendapatkan jalan yang jelas untuk berkembang. Bahkan, mereka disebut sebagai generasi yang cenderung berganti pekerjaan setiap 1,1 tahun, karena merasa tidak menemukan perkembangan yang sesuai ekspektasi mereka.
Dalam konteks ini, kemampuan mereka untuk berkolaborasi secara fleksibel dan adaptif menjadi kunci utama agar mereka tidak terjebak dalam zona kurang produktif. Di saat yang sama, program pelatihan vokasi dan penguatan kompetensi melalui berbagai balai pelatihan diharapkan mampu mengisi kekosongan tersebut, memberikan mereka kemampuan yang relevan dan memperkaya pengalaman kerja mereka.
Menurut Sander van ’t Noordende dari Randstad, generasi Z saat ini bukan hanya menjadi bagian dari perubahan, tetapi juga pendorong utama transformasi tersebut. Mereka adalah generasi yang punya ambisi tinggi dan keinginan memperoleh makna dari pekerjaan mereka. Perusahaan yang ingin mempertahankan mereka harus mampu menghadirkan jalur karier yang jelas dan memberi mereka rasa tujuan yang kuat.
Sementara itu, penelitian dari Fisip Unpad menegaskan bahwa generasi ini cenderung mencari pekerjaan yang fleksibel dan bernilai, dengan banyak dari mereka memilih pekerjaan freelance atau remote, yang memungkinkan keseimbangan hidup dan bekerja mereka terjaga.
Revolusi ketenagakerjaan untuk Generasi Z 2025 melibatkan perubahan besar dalam struktur pasar tenaga kerja, di mana teknologi dan digitalisasi memainkan peran utama. Mereka harus belajar mengelola tantangan sekaligus memanfaatkan peluang yang ada, termasuk penguasaan skill digital dan soft skills, serta terus beradaptasi dengan tren pasar yang dinamis.
Dengan pengalaman, pengetahuan, dan dukungan yang tepat, generasi ini bisa menjawab tantangan zaman dan membuka jalan menuju masa depan kerja yang lebih inklusif dan inovatif.
Daftar Sumber Lengkap
Randstad. (2025). New research finds Gen Z’s average job stint is 1.1 years. Diakses dari: https://www.randstad.com/press/2025/genz-workplace-blueprint/
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo). (2024). Strategi Menghadapi Disrupsi Digital di Ketenagakerjaan Indonesia 2025. Diakses dari: https://synergysolusi.com/artikel-qhse/strategi-menghadapi-disrupsi-digital-di-ketenagakerjaan-indonesia-2025/
Kumparan. (2024). Dampak Teknologi AI dan Otomatisasi terhadap Pekerjaan Generasi Z. Diakses dari: https://kumparan.com/pengetahuan-umum/dampak-teknologi-ai-dan-otomatisasi-terhadap-pekerjaan-generasi-z-23HBBIJt0Ep
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Fisip Unpad). (2025). The Perspectives of Generation Z on the Future Work and Workplace. Diakses dari: https://fisip.unpad.ac.id/sdgs-8/research-08/09/2025/the-perspectives-of-generation-z-on-the-future-work-and-workplace/
Mercusuar. (2025). Gen Z Dominasi Pengangguran di Indonesia. Diakses dari: https://mercusuar.web.id/nusantara/gen-z-dominasi-pengangguran-di-indonesia/ �

Leave a Reply