3 Pola Pikir Yang Harus Dimiliki Generasi Millennial Agar Bisa Bersaing Di Era Industri 4.0

Bekasi – RumahMillennials.com | Teknologi digital kini bukan hanya sekedar alat atau kebutuhan tersier, tetapi sudah menjadi kebutuhan primer. Segala hidup manusia sudah sangat lekat dengan teknologi digital seperti setiap harinya kita pasti menggunakan smartphone untuk berkomunikasi.

Fenomena ini begitu banyak mempengaruhi dunia bisnis. Berbagai model usaha baru muncul, peralihan dari analog dan tenaga manusia ke teknologi digital juga terbilang cepat. Inilah yang disebut oleh World Economic Forum sebagai era revolusi industri yang ke-4 atau industri 4.0.

Untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki daya saing di era industri 4.0, Kementerian Pemuda dan Olahraga bersama Rumah Millennials dan Kamtiv, kembali mengadakan “Program Pelatihan Pemuda Bidang Industri Manufaktur 4.0” selama tiga hari dari Selasa 20 Oktober 2020 sampai Kamis 22 Oktober 2020. Di sesi pertama, dua narasumber dihadirkan untuk mengisi materi yakni Sidi Rana Menggala, seorang Researcher Ghent University, dan Dr. Dina Dellyana, Director Business Incubator SBM ITB.

Sebagai pemuda yang hidup dan tumbuh di tengah – tengah perkembangan teknologi, generasi millennial dan z harus memiliki pola pikir inovatif, kreatif, dan kolaboratif. Millennial dan gen z dikenal sebagai digital native karena penggunaan teknologi yang cukup tinggi dalam kesehariannya, baik untuk berinteraksi, hiburan, bekerja, dan belajar. Mereka juga cepat beradaptasi dengan inovasi baru dalam teknologi, dan kreatif dalam membuat konten – konten di media sosial. Dengan memaksimalkan kemampuan penguasaan terhadap teknologi, generasi millennial dan z seharusnya bisa membuat suatu inovasi yang kreatif untuk mendukung ekosistem bisnis yang ada di Indonesia, serta berkolaborasi antar satu sama lain.

Menurut Sidi Rana Menggala, pola pikir inovatif, kreatif, dan kolaboratif yang dimiliki pemuda/i menjadi krusial bgi perkembangan industri pertanian, terutama di komoditi rempah – rempah seperti kayumanis. Dengan ketiga pola pikir tersebut, pemuda banyak membantu pada proses produksi rempah – rempah, hingga memasarkannya secara nasional dan internasional. Jika dulu banyak rantai yang harus dilalui dalam memasarkan produk rempah, dengan ide – ide kreatif dan inovatif serta kolarobasi antar pemuda, rantai tersebut menjadi lebih pendek. Sehingga lebih mendekatkan antara petani dan konsumen, tidak hanya di Indonesia namun secara global.

Efisiensi yang terjadi di industri pertanian itu, menjadi alasan kuat mengapa seluruh bisnis harus mulai beralih menggunakan teknologi digital. Menurut Dina Dellyana, teknologi digital di industri 4.0 memberikan keuntungan yang sangat besar seperti membuat bisnis menjadi lebih kompetitif, atraktif, lebih kuat dan kolaboratif, mampu menyelesaikan potensi masalah sebelum menjadi besar, dan lebih efisien secara cost. Dina menegaskan sebagai pemuda/i Indonesia, dari sekarang sudah harus menanamkan pola pikir berkembang (grow mindset) dengan terus meningkatkan kemampuan dengan belajar dari berbagai sumber yang relevan di internet.

Audi Rahmantio

Journalist and Publication Coordinator at Rumah Millennials The man who love to share about interesting and unique story of Indonesia as well as youth development through youth organization community. Currently, Audi started his career as public speaker in radio and being freelance MC and Moderator for several events

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close