Teruntuk Ibu-Ibuku Tercinta

Ditulis oleh: Arum Nabilla Rizqi

Mbak Bela kenapa mama kamu ada 2?” pertanyaan ponakan perempuanku umur 3 tahun saat ku ajak ke makam ibuku tepat di hari ibu. Jujur, awalnya susah untuk menjawab pertanyaan anak balita satu ini, tapi harus dijawab dengan bahasa yang mudah dipahami untuk seusianya. 7 tahun lalu ibu kandungku meninggal karena sakit kronis. Setahun selanjutnya ayahku menikah lagi dengan mama sambungku saat ini. Wajar bila keponakanku yang sedang aktif-aktifnya bertanya menanyakan hal ini. Hari ibu kali ini memang sengaja aku mengajaknya ke makam ibuku untuk menemaniku berdoa dekat pusara ibuku. Hari ibu selalu menjadi hari dimana aku tidak ingin membuka story whatsapp atau sosial media lainnya karena aku tau teman-temanku akan membuat postingan tentang ibunya, entah itu berfoto cantik dengan ibunya ataupun sebuah kalimat indah untuk ibunya. Bukan maksud tidak mensyukuri keadaan yang sekarang, namun masih sulit untuk mengekspresikan sedih dan bersyukur dalam satu waktu. Barangkali tulisan ini akan menjadi tulisan yang akan ku baca setiap kali hari ibu untuk membaca ulang ceritanya. Tulisan yang juga kutulis untuk mewakili perasaanku yang tak pernah terucap dan usaha untuk mengeja hikmah apa yang terkandung dalam setiap peristiwa yang ada di hidupku. Sesuai dengan kalimat yang ada di buku Kak Fathur (Kaum Rebahan Beri Perubahan) “untuk menjadi pribadi yang berkembang kita harus bisa menjadikan setiap perjalanan di hidup kita sebagai pembelajaran”.

Orang pertama yang akan aku ceritakan adalah ibu kandungku. Dari cerita yangtiku, beliau merupakan orang yang pekerja keras, sabar, dan pandai. Setiap berangkat sekolah beliau selalu membawa jajan untuk dijual ke teman-teman sekolahnya, kelasnya yang berada jauh dari kantin membuat dagangannya selalu laris. Kehidupan yang serba kekurangan bukan menjadi penghalang beliau untuk tetap berprestasi di sekolahnya.  Seiring berjalannya waktu beliau tetap bekerja, beliau juga pernah bekerja part time untuk membantu perekonomian keluarga. Ketika menikah dengan ayahku beliau tidak hanya menjadi seorang istri, anak, ibu melainkan juga sebagai wanita karir. Kenangan yang selalu aku ingat tentang beliau adalah ketika beliau dengan semangatnya ke Surabaya untuk meminjam buku-buku tentang Microsoft word, Microsoft excel dan sebagainya, mempelajarinya secara otodidak, dan berani mengaplikasikannya dengan cara bekerja di salah satu madrasah di dekat rumah kami. Ketika beliau di madrasahpun beliau selalu mengajarkanku perihal kepedulian terhadap sesama. Salah satu hal baik dari pengasuhan ibuku yang akan ku wariskan ke anakku adalah mengajak anakku nanti untuk terlibat aktif menyisihkan uang, membelikan keperluan, hingga mendistribusikan kepada anak-anak yang kurang mampu perlatan sekolah dan sebagainya. Menurutku anak-anak akan bisa merasakan senang dan sedihnya secara langsung lewat praktek. Bukan hanya mendengarkan ceramah belaka, “Nak kamu harus jadi orang yang dermawan”, karena aku yakin ketika kita menjadi orangtua yang tertuntut pertama kali jika mereka menginginkan anak yang sesuai dengan harapannya adalah orangtua itu sendiri.

Tapi ternyata hal itu tidak berlangsung lama, ibuku jatuh sakit. Dalam keadaan sakitpun aku masih bisa mempelajri hal baik dari beliau. Beliau tidak pernah mengeluh sekalipun bahkan aku sering sekali melihat baju yang berlumuran darah namun beliau tetap kekeuh mencucinya sendiri. Menjelaskan progress hasil pemeriksaannya yang membaik tapi pada akhirnya aku tetap ditinggal selama-lamanya. Ibuku merupakan perempuan berdaya dan mandiri, karenanya salah satu keponakannya tetap bisa melanjukan sekolah. Sampai saat ini pun keponakannya masih aktif mengirimkan chat kepadaku untuk sekedar berterima kasih, bersyukur karena telah dibantu ibuku, atau sekedar memberikan kabar bahwa kehidupannya jauh lebih baik saat ini. Ibuku juga aktif terlibat pada kegiatan keorganisasian yang pada akhirnya mendarah daging kepadaku, tentu saja karena inspiratorku adalah ibuku sendiri.

Kepergian ibuku ternyata membawa dampak yang sangat besar dihidupku, dulu ketika aku butuh seragam SMP ibuku menenangkanku dengan bilang “Nak kita gak jajan dulu ya, nanti kalau ibu udah dapet arisan langsung kita tebus seragam SMPnya tapi kalau ternyata yang dapet temen ibu nanti ibu pinjam dulu, kamu sabar ya”. Ibu bilang seperti itu di pos satpam SMPku saat kita melihat banyak orangtua berbondong-bondong keluar dengan membawa sekresek kain seragam. Tapi ibuku selalu bisa mengusahakan aku bahagia dan tercukupi. Ibuku selalu bisa mengatur kurikulum dan keperluan untukku sampai aku selalu masuk peringkat 3 besar disekolahku. Ternyata ibuku memang hebat selepas kepergiannya, masih menjadi PR untuk diriku mengatur kehidupanku sendiri. Aku yang sering nangis dan bilang “kalau saja ada ibu, pasti tidak akan  sebingung ini” kalimat yang aku ucap ketika aku tidak memiliki barang yang aku butuhkan, aku yang masih belum bisa menjadi aku yang sepintar dulu dan sebagainya. Kepergian ibuku selalu mengingatkanku padaa sebuah cerita kerang dan ibu kerang. Suatu ketika anak kerang merintih kesakitan karena pasir telah masuk ke tubuhnya. Ibunya pun menyemangatinya dengan bilang “Tuhan tidak memberikan kita tangan sehingga ibu tidak bisa meolongmu. Ibu tahu itu sakit, tapi terimalah, kuatkan hati dan kerahkan semangat. Balut pasir itu dengan getah perutmu, hanya itu yang bisa kau perbuat”. Anak kerangpun mengikuti nasihat ibunya, mereka tidak hanya menahan sakit berhari-hari namun bertahun-tahun hingga pada akhirnya sakit itu tidak terasa lagi dan pasir tajam itu telah berubah menjadi mutiara yang sangat berharga. Allah memang tidak memberikan kesempatan untuk kita bersama di dunia tapi akan ku telan semua kesakitan dan tantangan agar aku segera mendapatkan mutiaraku. Ibu tenang yaa…

Sosok ibu yang kedua adalah yangtiku. Beliau memang bukan ibuku melainkan nenekku tapi semenjak ibu tiada, menelfon untuk mendengar suaranya merupakan salah satu cara untuk mengobati kerinduanku pada ibu.  Yangtiku ini sosok yang tegas. Kalo ingat zaman ibukku cerita perihal yangtiku ini aku selalu terkagum-kagum. Beliau pernah bekerja di Arab Saudi sebagai TKI sebelum akhirnya membuka usaha makanan di Bali. Di pulau dimana beliau tidak memiliki saudara atau kerabat, menjalankan tugasnya sebagai anak pertama, dan menjadi single parent di pulau dewata. Aku jadi ingat kalimat dari Le Kuan Yew yang bunyinya “Saya adalah seorang penentu, jika saya memutuskan untuk melakukan sesuatu yang pantas untuk dilakukan, maka saya akan menaruh hati dan jiwa pada keputusan itu. Orang-orang disekitar bisa saja menentang saya, tetapi jika saya tahu bahwa hal itu benar, maka saya akan melakukannya. Ini adalah urusan seorang pemimpin”. Kalau saja yangtiku tidak mengambil keberanian seperti itu mungkin yangtiku akan terus dihina oleh tetangganya. Keberanian memberikannya kekuatan untuk berdaya, menyenangkan hati semua orang dan membantu banyak orang. Sampai sekarang masih membekas di ingatan guru SMPku karena yangtiku pernah memberikan nasi kotak untuk seluruh temanku di bis saat kami liburan di Bali, yang kupahami itu adalah salah satu cara yangtiku untuk mengangkat derajatku dimata guru dan teman-temanku.

Selanjutnya adalah ibu sambungku saat ini, yang biasa kupanggil mama. Mamaku merupakan seorang yang sabar bangeeeeet dan telaten. Dengan semua tingkahku mamaku masih mau menerima dan bertahan dikeluargaku. Dari mamaku aku belajar banyak hal perihal ketelatenan dan konsisten, mama adalah definisi bahwa kesuksesan bukan merupakan transformasi sekali seumur hidup melainkan berasal dari kebiasaan sehari-hari. Saat ini beliau getol mengembangkan produk minuman sehat sari kedelainya dan aku merupakan saksi dimana perjuangan mama hingga saat ini bisnis ini bisa berkembang. Mamaku pandai memasak, beliau selalu membebaskan dan selalu mengapresiasi masakanku yang sering gagal heheh. Beliau tidak pernah iri sekalipun terhadapku, malah aku yang harus belajar untuk dewasa. Mamaku memang bukan ibu kandungku tapi beliau akan jadi tanggung jawabku juga nanti karena beliau telah memberikan yang terbaik untuk ayah dan diriku. Sampai saat ini masih kupelajari karakter baik dari mama dan akan aku pelajari sampai nanti. Terkadang hal yang aku syukuri dari kejadian ini adalah aku diizinkan untuk hidup dan belajar dengan wanita-wanita hebat seperti mereka. Hal-hal baik yang ada saat ini adalah hasil dari ajaran mereka yang terucap, terlihat, terdengar atau bahkan terasakan.  Dulu tetanggaku pernah membandingkan ibuku dengan mamaku, tapi menurutku tidak ada yang lebih buruk atau lebih baik karena mereka akan selalu punya tempat masing-masing dengan kelebihan dan kelemahannya. Ibarat kata Allah memberiku lebih banyak referensi sosok ibu  untuk kupelajari dalam hidupku.  Selamat hari ibu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close