Satya Hangga Yudha Widya Putra, Sosok Millennial Yang Kembali Ke Pangkuan Ibu Pertiwi Untuk Berkontribusi Di Bidang Energi

Jakarta – RumahMillennials.com | Sobat millennials, bayangkan atau jika ada orang seperti ini dalam kehidupanmu, kira – kira apa yang ada di benakmu?

Le secteur de la santé L’avis des femmes sur le Lovegra se compose d’hôpitaux (hospitales) et de centres de santé (centros de salud) qui offrent des services de santé privés et publics. Environ 90 % des Espagnols utilisent occasionnellement les soins de santé gratuits, appelés système national de santé (Sistema Nacional de Salud, SNS).

Dari kecil udah tinggal di luar negeri, negaranya beda – beda lagi. Pernah tinggal di Eropa, Amerika Serikat, China, Vietnam. Terus kuliahnya juga di salah satu universitas ternama di Amerika Serikat nilai IPKnya 3.5 keatas, selama kuliah pernah ambil kelas di Harvard University dan magang di Kementerian Keuangan, setelah itu lanjut S2 di universitas ternama lainnya di Amerika Serikat juga, menjabat posisi penting di berbagai organisasi besar, dan dia adalah anak seorang pejabat pemerintah. Meskipun begitu, dia tetap memilih kembali ke Indonesia untuk berkontribusi.

Kira – kira, apa yang ada di benakmu? Mungkin ada yang bilang:

“Ih enak banget, aku tuh pengen kayak dia tinggal di luar negeri gitu”,

Atau mungkin ada yang mikir:

“Ye elah, anak pejabat sok pastilah bisa kuliah di kampus – kampus keren. Duitnya banyak”.

Atau ada juga yang kayak gini:

“Yah sayang banget, padahal kan kerja di luar negeri enak. Gajinya dollar dan lebih dihargain.”

Persepsi – persepsi seperti itu mungkin tidak asing lagi bagi seorang Satya Hangga Yudha Widya Putra atau biasa dipanggil Hangga. Deskripsi diatas, menggambarkan sedikit perjalanan Hangga yang hidupnya itu nomaden, alias berpindah – pindah bahkan sejak dua minggu setelah kelahirannya, karena dia dan ibunya ikut berangkat ke Inggris mengikuti sang ayah yang sedang mengambil S2 di Inggris.

Hangga TK di Washington DC, Amerika Serikat lalu sempat SD di Indonesia selama dua tahun, dan selama SD dia pindah ke dua negara, pertama ke China lalu ke Vietnam. Saat SMP dan SMA, Hangga sekolah di Jakarta International School (JIS) dan kembali ke Amerika Serikat pada 2012 untuk kuliah S1 di Michigan University dengan jurusan ekonomi dan lanjut ke S2 di New York University mengambil Energy and Environmental Policy dengan mendapatkan beasiswa LPDP dari pemerintah Indonesia.

Awalnya, sebagai anak – anak tentu Hangga merasa cukup sulit untuk beradaptasi di lingkungan dan negara baru, tapi karena terlalu sering pindah dan sekolahnya pun selalu di sekolah international hal itu menjadi biasa baginya.

Dari jurusan ekonomi di S1, lalu mengambil jurusan energy and environmental policy saat S2. Sekilas mungkin tidak nyambung. Tetapi, menurut Hangga dengan memiliki ekonomi yang kuat maka suatu negara bisa memproduksi energi baik yang bersumber dari fosil maupun terbarukan, namun tetap menjaga kelestarian lingkungannya. Ketertarikan Hangga akan energi, berawal saat nonton film dokumenter tentang energi, bahan bakar fosil, pemanasan global, dan perubahan iklim. Baginya, energi itu sesuatu yang pasti dibutuhkan oleh siapapun, seperti untuk transportasi dan listrik keduanya sama – sama butuh energi dari bahan bakar fosil.

Namun, energi dari bahan bakar fosil banyak menghasilkan polusi dan mengancam kelestarian lingkungan, maka dari itu Hangga berpikir bagaimana pemerintah Indonesia pelan – pelan beralih ke energi terbarukan seperti transportasi listrik, tenaga listrik dari sinar matahari dan angin, dsb. Menurut Hangga, energi dan lingkungan harus berkesinambungan karena memproduksi suatu energi tidak boleh merusak ekosistem lingkungan.

Itulah mengapa Hangga memiliki minat dan passion di bidang energi. Tetapi yang menarik dari cerita Hangga dan patut kamu pelajari dari dia adalah rasa cinta tanah airnya kepada Indonesia. Di atas sudah saya sebutkan, bahwa Hangga melalang buana ke berbagai negara dan dia merupakan lulusan dari dua kampus ternama di Amerika Serikat dengan prestasi yang cukup baik dari segi IPK. Jika mau, Hangga bisa saja menetap di Amerika Serikat dan mendapatkan pekerjaan dengan gaji besar. Tetapi, Hangga memilih kembali ke Indonesia dengan merintis karir di bidang energi dan lingkungan serta terlibat di sejumlah organisasi.

Bukan sekedar berpartisipasi, tetapi Hangga dipercaya untuk menduduki posisi penting seperti Presiden Asosiasi Alumni Michigan State University di Indonesia, Co-Founder and Advisor Indonesian Energy and Environmental Institute, Coordinator APIK Indonesia wilayah Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, Advisor Maritim Muda Nusantara, dan Ketua Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Rumah Millennials. Di samping itu, Hangga juga bekerja di badan pemerintah di Indonesia yang bergerak di bidang minyak dan gas yaitu SKK Migas.

Sudah bekerja, serta aktif dalam kegiatan di luar kantor dengan menduduki posisi penting di berbagai organisasi, kenapa Hangga melakukan itu semua? Emang gak capek? Hangga mengatakan “ujung – ujungnya gua orang Indonesia, gua lahir disini, dan gua mau berkontribusi pada Indonesia. Gua lebih seneng kalau bisa berkontribusi bagi Indonesia daripada untuk negara lain, makanya gua balik ke Indonesia, gua mau mengenal dan memahami budaya Indonesia, dan dengan ikut berbagai organisasi itu adalah salah satu cara untuk memberikan kontribusi nyata bagi Indonesia”.

Meskipun Hangga banyak dapat privilege baik dari latar belakang keluarganya yang ayahnya seorang pejabat di lembaga legislatif pemerintah Indonesia, maupun latar belakang pendidikannya, Hangga tidak terlena dengan itu semua dan tetap ingin mengerahkan segala potensi, pengalaman, dan passionnya untuk berkontribusi bagi Indonesia.

Menurut Hangga, untuk berkontribusi bagi Indonesia, kecerdasan intelektual saja tidak cukup tapi yang paling penting kita punya kecerdasan emosional yang baik seperti bisa berempati, memahami orang lain, dan memimpin mereka. Selain itu, tetap rendah hati dan bekerja keras walaupun latar belakang keluarga dan pendidikannya banyak memberikan privilege.

Bagi Hangga, semua manusia tetap sama di mata Tuhan Yang Maha Esa, terlebih saat meninggal segala hal di dunia ini seperti jabatan, harta, dan gelar tidak akan dibawa ke akhirat, tetapi amal ibadah yang akan dibawa. Maka dari itu, tidak ada alasan bagi Hangga untuk menyombongkan diri karena pada akhirnya manusia akan dimintai pertanggung jawaban atar perbuatannya selama hidup di dunia saat di akhirat nanti.

Kemudian, meskipun terlahir dari keluarga yang berkecukupan terlebih memiliki orang tua yang menduduki jabatan penting di pemerintah, tetap saja bagi Hangga kerja keras serta memiliki kecerdasan emosional yang baik menjadi kunci untuk meraih kesuksesan. Ini juga menjadi pembuktian bahwa siapapun itu kalau mau meraih kesuksesan dalam hidup, ya harus kerja keras karena tidak ada yang instan di dunia ini.

Jadi sobat millennials, apapun bidang yang kita tekuni, dimanapun kita mengambil pendidikan, dan apapun karir yang kita tapaki, jangan lupa untuk berkontribusi bagi pembangunan Indonesia. Kita sudah ada di tahun 2020, sudah masuk periode awal bonus demografi, masa depan bangsa ditentukan dari bagaimana setiap pemuda Indonesia memaksimalkan potensi, passion, dan ilmunya untuk berkontribusi bagi Indonesia. Tetap rendah hati karena seperti yang Hangga bilang, tidak ada alasan untuk sombong karena pada akhirnya kita tetap sama di mata Tuhan, lalu bekerja keraslah karena tidak ada yang instan.

Audi Rahmantio

Journalist and Publication Coordinator at Rumah Millennials The man who love to share about interesting and unique story of Indonesia as well as youth development through youth organization community. Currently, Audi started his career as public speaker in radio and being freelance MC and Moderator for several events

Comments (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close