Digital Workplace Has Its “Perks”, Are We Ready Yet?

Tempat kerja atau workplace dulunya identik dengan kubikel dan ruangan bersekat. Sedikit bernostalgia dengan mengingat serial The Office (2005 – 2013) yang bercerita tentang Michael Scott, manajer yang super sotoy, sok sibuk, sok galak, dan sok asik, tapi sebenarnya diam-diam perhatian. Tentu kita tidak sedang akan membahas kepiawaian Steve Carrel dalam memerankan Scott ini. Saya akan mengajak kamu membayangkan setting ruang kantor yang sangat early 2000’s vibe dengan bilik meja yang membuat sesama pegawai ramai untuk saling melempar guyonan.

Uh, tidak mungkin bumi berotasi tanpa berevolusi. Walaupun tidak nyambung, perkembangan teknologi pun membuat tempat kerja (workplace) berevolusi. Menurut Shopie Deering dalam artikelnya “How Has the Workplace Changed Overtime” (1), perkembangan workplace dapat dibagi menjadi 3 bagian, yakni pada tahun 1970s-1990s dimana ruangan kerja dipenuhi sekat-sekat atau kubikel.

Kedua, pada era 2000s-sekarang, dimana para pekerja sudah mulai dapat memilih untuk bekerja di kantor atau di rumah. Terlepas dari efek yang menyengsarakan dari pandemi COVID-19, tentu saja, sistem work from home semakin banyak yang menerapkan ketika pandemi terjadi di seluruh dunia. Ketiga, era masa depan dimana teknologi akan semakin canggih. Bukan tak mungkin, wujud fisik kantor akan semakin ditinggalkan (say goodbye to the office outfit!). Nah, di era ketiga ini peran Artificial Intellegence (AI) atau kecerdasan buatan akan memfasilitasi workplace bagi para pekerja.

Beberapa tahun belakangan, salah satu perkembangan AI mengarah dalam pembentukan dunia kerja. Namanya juga cerdas dan dibuat-buat, kecerdasan buatan akan mempelajari pola suatu sistem, misalnya dalam hal ini kantor dan manusia adalah variabel-variabelnya. Pusing? Mari lanjut pusing! Variabel-variabel ini memiliki pola dalam menyelesaikan tugas, pola-pola ini yang kemudian direkam oleh otak AI dan digunakan untuk memproses pekerjaan dengan jumlah yang lebih besar untuk mendapatkan efisiensi yang lebih besar pula. Seperti yang terjadi di USA, untuk sektor keuangan, investasi dana dikelola oleh AI dan komputer yang menyumbang 35% dari saham di pasar Amerika saat ini dan angka ini pun terus bertambah! (2)

Sayangnya, dengan pesatnya pergerakan AI, masih banyak organisasi yang belum siap untuk memasuki era ini. Kenapa? Banyak PR yang harus dikerjakan sebelumnya. Jadi, sebuah organisasi dan karyawan yang ingin menerapkan AI dalam workplace-nya perlu mengelola, menyimpan, memproses, menganalisis, dan menggambar apa yang dapat ditindaklanjuti dari data yang dihasilkan oleh AI. Secara sederhana, ketika AI ini sudah memiliki data akan pola sistem kerja suatu perusahaan, perusahaan tersebut harus merumuskan langkah selanjutnya dalam memanfaatkan data ini. Budaya kerja berbasis data akan menjadi penting bagi organisasi untuk memanfaatkan kekuatan AI.

Makin bingung karena pertanyaan demi pertanyaan pun muncul, salah satunya kalau kita ditanya, “Apakah tenaga kerja di organsiasi Anda sudah siap?”. Menurut data Deloitte Global Human Capital Trends (2019), 65% pemimpin memandang AI dan robotika sebagai isu penting dalam sumber daya manusia. Namun, hanya 26% organisasi yang siap mengatasi dampak dari teknologi ini (3). Artikel ini akan mengajak kamu berimajinasi akan keterampilan masa depan di tempat kerja untuk dekade baru. Dengan melihat trend pembelajaran oleh 40+ juta orang di portal pembelajar Udemy di seluruh dunia, berikut 5 hal yang paling banyak dipelajari di tahun 2020.

Trend 1 : From concept to reality

AI menjadi arus utama pada tahun 2020 dengan mulai diadopsi di semua bagian bisnis. Pemasaran menerapkan data AI tentang perilaku pelanggan untuk menyesuaikan penawaran penjualan. Tim SDM mulai menggunakan AI untuk merekrut, menyaring, dan mewawancarai kandidat.

Tim keuangan menerapkan AI dan pembelajaran mesin untuk mengurangi biaya perjalanan perusahaan. Dan semakin banyak daftar aplikasi AI tidak ada habisnya jika disebutkan.

Berikut 10 keterampilan teknologi teratas yang tumbuh di popularitas rentang tahun 2016-2019 (4):

1. TensorFlow

2. Chatbot

3. Microsoft Azure – architecture

4. OpenCV (computer vision/AI)

5. Neural networks

6. LPIC-Linux

7. Ethereum (blockchain)

8. Splunk (data)

9. QGIS (open source GIS software)

10. Kotlin

Selain itu, berikut 10 keterampilan teknologi paling populer keterampilan di tahun 2020 (5) :

– Python

– React (web)

– Angular

– Machine learning

– Docker

– Django

– CompTIA

– Amazon AWS

– Deep Learning

– React Native (mobile)

Trend 2 : Upleveling the human

Namanya up ya harus naik dong ya. Maksudnya, menaikkan potensi manusia dengan mesin untuk otomatisasi tempat kerja dengan memanfaatkan AI. AI dan otomatisasi proses robot (alias perangkat lunak robot) memindai semua jenis data di organisasi untuk meningkatkan keselamatan tempat kerja, memperkecil penggelapan, waktu perekrutan, atau biaya perjalanan.

That’s the whole shebang! Saat otomatisasi dan AI mengambil tugas-tugas yang memiliki pola dan dikerjakan oleh manusia, karyawan semakin memiliki ruang untuk mengkhususkan diri dalam tugas-tugas yang memanfaatkan kekuatan “manusia” yang unik seperti kreativitas dan kecerdasan emosional.  Tentu, dalam hal ini manusia lebih unggul dibandingkan robot.

Soft skill manusiawi ini seperti pengembangan pola pikir, kreativitas, dan komunikasi sangat penting di tahun 2020. Karyawan diharapkan dapat dengan luwes mengadopsi pertumbuhan pola pikir untuk terus belajar dan terbuka terhadap perubahan dalam tempat kerja. Selain dengan pelatihan keterampilan, menciptakan kultur untuk sebuah organisasi dan gaya kepemimpinan dapat menumbuhkan inovasi dan kreativitas. Pada akhirnya, karyawan akan mengandalkan sifat bawaan manusia yakni, keterampilan dan apa yang tidak bisa dilakukan robot antara lain berpikir kritis, berkomunikasi, bercerita, dan kecerdasan emosional.

Berikut 10 soft skills  teratas dengan pertumbuhan tercepat di tahun 2020 (6) :

– Growth mindset

– Creativity

– Focus mastery

– Innovation

– Communication skills

– Storytelling

– Culture awareness

– Critical thinking

– Leadership

– Emotional intelligence

Trend 3 : Learning & development teams are starting to tackle reskilling the workforce

Iya, betul judul di trend 3 terdengar ribet. Singkatnya, Build vs. Buy Talent?. Pada pasar tenaga kerja, para pemimpin bisnis mulai menerapkan pelatihan skill untuk mempersiapkan karyawan lama untuk peran baru. Sebagai contoh, AT&T (perusahaan telekomunikasi di USA) telah melatih ulang 180.000 karyawannya sebagai bagian dari program Masa Depan mereka. Karyawan dapat melihat peran sesuai permintaan di organisasi dan memilih untuk mengikuti pelatihan yang diperlukan untuk mempersiapkan diri mereka di peran baru. Future Ready telah membantu AT&T meminimalisir perekrutan eksternal dan mentransformasikan karyawan yang ke peran-peran baru dalam skala besar (7).

Trend 4 : Organizations are building a data-driven culture

Seperti di awal-awal artikel ini, kita udah nyenggol soal organisasi berbasis data. Organisasi sedang membangun budaya berbasis data atau data-driven organization. Transformasi menjadi organisasi berbasis data dilakukan dengan peningkatan keterampilan teknologi seperti deep learning, algorithms, automation, natural language processing, Excel, data analytics, and the cloud.

Trend 5 : Countries across the world are upskilling in highly coveted tech skills

Berdasarkan 10 keterampilan teknologi teratas pada tahun 2020 menurut data pembelajaran di Udemy, berikut 20 negara teratas yang mempelajari keterampilan teknologi populer pada tahun 2020 (8):

  1. United States
  2. India
  3. Brazil
  4. United Kingdom
  5. Germany
  6. Canada
  7. Poland
  8. Mexico
  9. Spain
  10. Australia
  11. Japan
  12. France
  13. Italy
  14. Netherlands
  15. Israel
  16. Singapore
  17. South Africa
  18. Thailand
  19. Argentina
  20. Rusia Federation

Jadi gini, timbul pertanyaan lagi. Apa Indonesia bisa masuk daftar top 20 negara yang mulai mempelajari keterampilan teknologi? Ya, bisa aja. Platform dan sources untuk belajar teknologi ibaratnya kayak beras tumpah. Ada dimana-mana! Kuncinya, untuk menghadapi digital workplace, upgrade terus keterampilan menurut minat dan peluang yang bisa kta ambil dan tentunya harus seimbang dengan  memanfaatkan soft skill manusiawi yang kita punya. 

Sumber:

  1. Deering, Shopie. https://theundercoverrecruiter.com/workplace-evolution/.
  2. “Masters of the Universe: The Rise of the Financial Machines,” The Economist, October 3, 2019.
  3. Source: 2019 Deloitte Global Human Capital Trends. Deloitte Insights, 2019 Human Capital Trends Report, Deloitte Development LLC, 2019.
  4. *We ranked popular skills based on consumption on Udemy.com for each year 2016-2019.  This list of top 10 is based on the skills with the highest rank change between 2016 and 2019. Source: Udemy Data 2020.
  5. *Ranking is based on highest consumption on Udemy.com in 2019. Source: Udemy Data 2020.
  6. *Based on highest consumption growth rates 2018-2019 on Udemy for Business. Source: Udemy Data 2020.
  7. Lauren Weber, “Why Companies Are Failing at Reskilling,” Wall Street Journal, April 19, 2019.
  8. *We created a composite ranking for countries based on total consumption on Udemy.com using the top 10 most popular tech skills on Udemy.com in 2019: Python, React (web), Angular, machine learning, Docker, Django, CompTIA, Amazon AWS, deep learning, and React Native (mobile). Note: Data is based on users in countries who are learning on Udemy; not all countries may be represented. Source: Udemy Data 2020.

Trisina S

Trisina S Journalist of Rumah Millennials As electrical engineering graduate, she has particular interest in technology of both renewable and nonrenewable energy. She is keen on community involvement also reading novels when not spending time with errands.

Comments (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close