Penggunaan Energi Terbarukan Di Indonesia Harus Dimasifkan

Pada Sabtu, 1 Februari 2020, Asosiasi Alumni Michigan State University (MSU) di Indonesia mengadakan sebuah talkshow yang berjudul, Indonesia’s Energy Sector: Past, Present, and Future.”

Talkshow ini mendatangkan para praktisi energi, komunitas, dan golongan peneliti. Hadir di talkshow ini Ketua Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rumah Millennials sekaligus Presiden Asosiasi Alumni MSU, Satya Hangga Yudha Widya Putra (Hangga). Lalu, hadir pula Mantan Kepala BP2TKE BPPT, Lolo M. Panggabean. Selain itu, perwakilan dari Badan Tenaga Nuklir Nasional, Topan Setiadipura. Mantan Dirjen PDASHL, Ida Bagus Putera Parthama dan Mantan Direktur PDASHL KLHK, Silver Hutabarat juga hadir dalam forum ini. Melina Gabriella mewakili komunitas peneliti sebagai perwakilan dari Peneliti IESR.           

Pada pembukaan talkshow, diawali dengan paparan Lolo M. Panggabean. Lolo berbagi cerita bagaimana dia mengembangkan energi di Indonesia sendirian serta pengalamannya saat diberi amanah untuk membangun laboratorium. “Saya disuruh membangun energi terapan, berkonsentrasi pada konversi dan efisiensi energi. Didirikan bersama dengan laboratorium nasional di AS dan instansi yang lain juga ikut,” jelas Lolo.

Dalam pandangan Lolo, jika bicara energi terbarukan di Indonesia, sama sekali tidak ada. Banyak pejabat lebih suka memainkan energi fosil karena sangat menguntungkan. “Kalau bicara dengan EBT di Indonesia di masa lalu, it’s nothing. Baik pertamina maupun pejabat negara bermain dengan minyak, gas, dan batubara karena lucrative,” tutur Lolo. Satu-satunya dokumen yang menjelaskan energi terbarukan adalah Kebijakan Umum Bidang Energi dimana harus diusahakan sumber daya energi lokal.

Setuju dengan Lolo, Hangga mengatakan bahwa saat ini, kita masih bergantung pada bahan bakar fosil dan itu sudah terbukti di banyak kejadiannya. Terlebih, dengan persediaannya yang melimpah dan juga harganya yang murah. Dia menegaskan bahwa mulai saat ini, Indonesia harus meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT).

Nuklir menurutnya menjadi salah satu opsi yang menjanjikan dalam produksi listrik. Jika melihat jenis energi baru terbarukan, yaitu bayu dan surya adalah sumber energi yang intermittent, yang artinya hanya terjadi dalam waktu tertentu dan tidak semua daerah memiliki potensi energi bayu dan surya yang sama besarnya. Oleh karena itu, Hangga merekomendasikan penggunaan energi nuklir.

Menurutnya, ada dua keunggulan dari energi nuklir, “nuklir bisa menyediakan listrik 24 jam. Nuklir adalah tipe energi yang efisien dan bisa menggantikan bahan bakar fosil,” jelas Hangga. Namun sayangnya, energi nuklir ini masih belum menjadi prioritas. Pada tahun 2014 lalu, nuklir di plot pemerintah menjadi last option dan tidak dimasukkan sebagai viable option. Hangga juga menuturkan kalau pemerintah kita meletakkan nuklir sebagai last option, berarti bukan opsi sama sekali.

Penggunaan EBT, menurut Hangga berada di kisaran 12% – 13%. Hal ini menjadikan target 23% pada tahun 2025 sulit untuk dicapai. “Kelihatannya agak sulit untuk mencapai target 23% pada tahun 2025 karena sumber EBT saja diprediksi hanya mencapai 19.5% di tahun 2024,” tutur Hangga. Oleh karena itu, penggunaan energi baru terbarukan harus diperjuangkan baik oleh swasta maupun pemerintah pusat. Indonesia dalam EBT memiliki potensi yang sangat besar karena sumbernya sudah ada dan juga energi terbarukan menghasilkan emisi yang sangat rendah sehingga dapat mencegah efek dari climate change.

Terkait nuklir sebagai last option, Topan Setiadipura dari Badan Tenaga Nuklir Nasional menyarankan “kalau boleh dibuat standar, signalingnya apa, kapan terakhir itu digunakan. Tidak jelas terakhirnya itu kapan. Secara rules dibuat opsi secara resmi selama target tidak tercapai. Karena sekarang tidak jelas last option ini artinya apa”.

Menyikapi tren dunia saat ini dimana salah satunya adalah pengembangan reaktor nuklir dalam skala kecil, Indonesia punya peluang untuk menjadi produsen teknologi bukan sebagai penikmat semata. Ditambah, meskipun Indonesia tidak memiliki nuklir, setidaknya Indonesia bisa memproduksi desainer reaktor nuklir.

Sementara Ida Bagus Putera berpendapat bahwa dalam menjelajah penggunaan energi dilihat dari tiga masa, beliau merangkumnya menjadi satu kata: past is ignorance, present is worry, future is bright. Putera juga berpendapat bahwa sebenarnya Indonesia itu sangat melimpah bahkan tidak akan mengalami krisis. “Menurut saya negeri kita ini tidak ditakdirkan untuk mengalami krisis energi,” jelas Mantan Dirjen PDASHL KLHK ini.

Kalau bicara soal sumber daya di energi terbarukan, Indonesia memiliki resource yang sangat melimpah. Contohnya adalah panas bumi atau geothermal. Dalam penjelasan Putera, Indonesia memiliki 40% potensi panas bumi dunia, namun baru digunakan sebesar 5% dari seluruh potensi yang ada. Selain itu, dia juga merekomendasikan energi biomassa dimana Indonesia punya semua keunggulannya, mulai dari lahan yang bisa ditanami, iklim tropis dimana tumbuhan bisa bertumbuh sepanjang tahun, spesies tanaman yang sangat melimpah dan juga kita tidak memiliki masalah soal tenaga kerja.

Sementara itu, Peneliti IESR Melina Gabriella mengungapkan data-data tentang energi terbarukan. Dia menuturkan bahwa penggunaan solar panel mengalami pertumbuhan yang lambat meskipun potensinya berkisar antara 4,5 – 116 GW. Selain itu, penggunaan keseluruhan energi surya baru 152 MW. Meskipun begitu, proyeksi pertumbuhan ekonomi membuatnya optimis, dimana pada tahun 2025, pertumbuhan ekonomi diperkirakan naik sebesar 5,1 – 6,1 dengan peningkatan konsumsi energi listrik.

Sedangkan Silver Hutabarat, mantan direktur PDASHL Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengutarakan kesedihannya tentang target energi terbarukan yang terlalu rendah. Pada tahun 2050, Indonesia hanya menggunakan 31% energi terbarukan. Selain itu, dalam pandangannya, Indonesia akan mencapai limited growth, yaitu resources tidak akan bertambah dan akan menembus ambang batas aman.

Menyikapi tentang perubahan besar yang terjadi pada Trump di Davos, Silver Hutabarat mengatakan bahwa semua orang telah mengerti isu perubahan iklim. “Saya melihat untuk tetap komitmen internasional untuk mengurangi emisi karbon. Saya agak kaget Trump di Davos berpindah posisi. Trump mengatakan bahwa dia sudah mengerti tentang climate change dan US akan ikut andil dalam menanam 1 triliun pohon. Artinya, semua orang paham terjadi perubahan iklim yang luar biasa,” tutur Pak Silver.

Dia menjelaskan bahwa untuk menyelesaikan permasalahan energi, jangan hanya memandang dari satu aspek. Pandangan pembuat kebijakan harus diubah tentang pembahasan ini. Selain itu, Silver juga menuturkan bahwa energi harus dilihat dari banyak aspek, “energi jangan dihubungkan hanya dalam satu aspek, tetapi dari banyak aspek sehingga membangun ini tidak hanya dari aspek ekonomi saja,” tegas Silver.

Dalam penutupan, perlu adanya undang-undang soal energi terbarukan. Kalau tidak diperkuat dengan UU EBT akan susah untuk mendorong dan meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan. Selain itu, Lolo menambahkan pula perlunya membuat rencana jangka panjang dengan memperhatikan daya dukung lingkungan.

Penggunaan energi terbarukan perlu dimasifkan karena seiring dengan semakin parahnya efek perubahan iklim, diperlukan solusi energi bersih dan rendah emisi. Namun, lebih dari itu, energi terbarukan merupakan sumber energi yang sangat melimpah yang dapat memenuhi kebutuhan energi masyarakat. Terlebih, konsumsi energi segaris dengan pertambahan populasi dan semakin kompleksnya masyarakat. Energi terbarukan bisa menjadi solusi penggunaan energi dunia.

Rizky Ridho Pratomo

Siblings Rumah Millennials Saya adalah mahasiswa tingkat akhir jurusan Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. Bidang yang saya minati adalah Politik, Keamanan, Hubungan Internasional, Filsafat, Agama, Lingkungan, Pendidikan dan Pengembangan kepemudaan. Memiliki passion dalam menulis artikel dan membaca buku. Beberapa bulan lalu bergabung di Rumah Millennials dan menjadi Kepala Bidang Riset dan Pengembangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close