Ini Dia Cara Jitu Buat Move On Dari Rasa Insecure

Bekasi – RumahMillennials.com | Siapa dari kamu yang gak pernah ngerasain perasaan insecure? Misalnya, kamu ditanyain “eh mana pacaranya kok masih sendiri aja?”, atau “kamu gendutan ya sekarang? Kursin dong”, apakah kamu merasa insecure?

Perasaan insecure menjadi salah satu isu yang cukup sering jadi bahan obrolan bagi kalangan millennial dan gen z, karena kerap kali mengganggu hubungan dengan diri sendiri, orang lain, bahkan sampai mempengaruhi kesehatan mental. Basa – basi yang dari dulu dianggap ‘biasa’, ‘normal’, atau ‘bercanda’ sadar atau tidak telah membuat diri kita menjadi insecure. Kita merasa tidak sempurna terhadap diri sendiri, menuntut diri agar bisa tampil dengan fisik atau fashion yang keren / cantik sesuai ekspektasi banyak orang, bahkan rela membuang jati diri karena insecure terhadap diri sendiri dan ingin diterima oleh pergaulan masyarakat.

Terus, biar bisa berdamai dengan rasa insecure dan percaya diri bagaimana?

Salah satu sesi webinar dalam acara Mental Health Festival 5.0 dari Sehatmental.id, akan memberimu jawabannya. Dengan tajuk webinar “Insecure”, telah hadir tiga pembicara yakni Zoya Dianestikha Amirin, Aline Adita, dan Dr. Yovi Yoanita yang berbagi pengalaman serta ilmunya soal insecure dan bagaimana kita menyikapinya. Webinar ini dilakukan lewat Zoom Meeting Sabtu 17 Oktober 2020.

Menurut Aline Adita, insecure merupakan proses natural yang akan dialami oleh semua orang. Ada yang bersifat jangka pendek dan panjang, tergantung bagaimana setiap orang menghadapi rasa insecure dan apa penyebabnya. Aline sendiri pernah merasakan insecure dalam hal fisik saat masih remaja karena badannya yang dinilai gemuk dan mukanya yang jerawatan. Sempat tertekan, Aline bangkit dengan meningkatkan kualitas fisiknya saat terjun di dunia hiburan sebagai model. Dari situ, dia banyak dapat apresiasi dan pujian yang membuatnya menjadi lebih percaya diri.

Adapun faktor yang membuat seseorang merasa insecure atau tidak aman dan nyaman terhadap diri sendiri, menurut Dr. Yovi Yoanita salah satunya dari lingkungan keluarga. Misalnya saat kecil dulu, kamu nilai ujiannya dapat 8, tapi orang tuamu berkata “kok cuma 8?”, atau dibanding – bandingkan dengan saudara sendiri seperti “lihat kakak tuh, dia bisa dapat rangking 1, masa kamu cuma rangking 3?”. Hal itu mempengaruhi pola pikir seseorang saat dewasa kalau dia tidak cukup baik dibanding orang lain, atau dia harus menjadi yang tebaik kalau gagal maka dia akan patah semangat.

Dr. Yovi menyarankan agar mencoba rasakan dunia dimana kamu tidak menghakimi diri sendiri dengan kesalahan atau keburukan. Jalani hidup lebih santai dan tidak usah terlalu dibawa personal. Lalu maafkanlah diri sendiri atas kegagalan dan kesalahan yang pernah dibuat, dan cobalah belajar mencintai diri sendiri.

Untuk itu, Zoya Amirin mengatakan untuk coba “mengencani” diri sendiri layaknya kita sedang kencan dengan pasangan. Langkah ini bisa jadi proses yang baik bagi kamu untuk berdamai dengan diri sendiri. Ketika kamu sudah berusaha mencintai diri sendiri lebih baik, ke depannya hidup akan terasa lebih ringan. Bahkan pasangan terbaik yang akan mencintai kamu pun akan datang dengan sendirinya setelah kamu belajar mencintai diri.

Audi Rahmantio

Journalist and Publication Coordinator at Rumah Millennials The man who love to share about interesting and unique story of Indonesia as well as youth development through youth organization community. Currently, Audi started his career as public speaker in radio and being freelance MC and Moderator for several events

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close