Berkarya Tidak Ada Yang Instan! 3 Pemuda Ini Yang Terlihat Sukses, Ternyata Harus Menghadapi Kenyataan Pahit Dulu

Bekasi – RumahMillennials.com | Dalam berkarya, apapun bidangnya tidak mungkin bisa mencapai kesuksesan tanpa melewati berbagai rintangan. Tantangan demi tantangan yang terkadang membuat kita jatuh, stress, bahkan depresi adalah bagian dari berkarya itu sendiri. Tidak ada yang instan di dunia ini, maka dari itu dalam berkarya suatu hari nanti kamu akan melewati fase “berdarah – darah”.

Semua figur – figur pemuda yang sukses hari ini, yang selalu terlihat keren baik di media sosial maupun saat mereka maju menjadi pembicara di sebuah forum, mereka telah melewati beragam rintangan. Semua rintangan itu hadir, untuk menguatkan mereka secara mental sehingga semakin kuat untuk tetap menjaga dan mengembangkan karya – karya mereka secara konsisten, apapun yang terjadi.

Dalam sesi webinar di acara “B3Fest” persembahan dari Rumah Millennials di ulang tahunnya yang ketiga, tiga pemuda/i yang merupakan penggiat isu sosial hadir berbagi cerita dan inspirasi mereka.

Mengangkat tema “Go Your Own Way”, ketiga pemuda/i tersebut yakni Gracia Billy Mambrasar (Founder Kitongbisa dan Staf Khusus Presiden), Maria Harfanti (2nd Runner Up Miss World 2015 & Founder Bangun Sekolah), dan Andri Rizki Putra (Ketua Pembina Yayasan Pemimpin Anak Bangsa). Sesi kali ini, dimoderatori oleh Panji Aziz Pratama, Founder Istana Belajar Anak Banten dan Ketua Bidang Pemberdayaan Masyarakat Rumah Millennials.

Andri yang merupakan salah satu inisiator dari Yayasan Pemimpin Anak Bangsa, pada awalnya tak punya modal biaya operasional, tidak tahu apakah program akan berjalan dalam beberapa bulan kedepan, dan hanya memanfaatkan garasi warga di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Bersama rekan – rekannya, Andri hanya memiliki idealisme untuk memberikan pendidikan non-formal pada pemuda/i yang kurang mampu, dan compassion atau welas asih terhadap isu tersebut. Dia hanya mencuri momentum, karena jika menunggu semuanya siap belum tentu kesempatan seperti ini akan datang di kemudian hari.

Meskipun YPAB telah berkontribusi banyak terhadap lulusan – lulusannya yang kini bisa kuliah, bekerja, dan mendapatkan kehidupan yang lebih layak, namun Andri merasa ada yang kurang dalam value organisasi yaitu resilience. Hal ini dikarenakan salah satu lulusannya ternyata merasa pekerjaan menjadi mandor lebih mudah dibandingkan menjadi staff administrasi. Ketidakmampuan dalam memecahkan suatu masalah kompleks dan kurangnya jiwa survival di dunia kerja merasa apa yang selama 8 tahun sejak berdirinya YPAB ini, kurang memberikan value resilience.

Disamping itu, selama proses Andri membesarkan YPAB dan kuliah di Boston University pada 2017, dia sempat mengalami masalah mental yang membuatnya harus menjalani konseling bersama psikolog dan psikiater dari kampusnya. Beruntung, dia memiliki support system yang solid di luar keluarga inti, sehingga dia bisa melewatinya walaupun memang berat rasanya.

Di sisi lain, perjalanan Maria Harfanti dalam menginisiasi gerakan sosial Bangun Sekolah, berawal dari turnya bersama Miss World ke Afrika untuk berkontribusi di bidang sosial dan kesehatan masyarakat. Dari situ, Maria percaya bahwa memiliki pendidikan yang layak baik secara kualitas guru maupun sekolah itu akan mempengaruhi kehidupan orang.

Bersama Bangun Sekolah, Maria telah memberikan kontribusi berupa revitalisasi pembangunan sekolah, pengadaan listrik, pendidikan literasi digital, dan pengenalan profesi ke berbagai siswa/i di wilayah Banten.

Namun, Maria yang merupakan pemenang dari Miss Indonesia, sempat mengalami depresi karena banyak yang mem-bully dia setelah menang dari Miss Indonesia. Dia dianggap tidak cukup cantik, bukan dari latar belakang model dan publik figure, dan tidak memiliki standar kecantikan yang selalu diamini oleh banyak masyarakat. Komentar – komentar jahat kerap menghampirinya dan itu membuat ia merasa insecure, cemas, dan depresi. Setelah melalui berbagai proses, Maria sadar bahwa status Miss Indonesia dan runner-up Miss World adalah untuk Indonesia dan isu – isu yang menjadi concern Maria. Akhirnya dia bisa bangkit kembali dan melanjutkan komitmennya dalam berkarya dan berkontribusi bagi dunia pendidikan Indonesia.

Sedangkan Billy Mambrasar juga melewati masa – masa sulitnya saat baru awal – awal menjadi Staff Khusus Presiden. Dia mendapatkan begitu banyak kritik dan berita negatif yang sempat membuatnya stress. Namun, dia merasa bahwa jabatan Staff Khusus Presiden merupakan sebuah amanah yang harus dia pegang dan ini bisa membuka begitu banyak kesempatan bagi kemajuan pendidikan Indonesia Timur khususnya Papua dan Papua Barat. Menurut Billy, hidup itu seperti petualangan, tidak peduli seberapa matang kita melakukan perencanaan, ada saja hal – hal tidak terduga yang akan menghampirinya.

Jadi sobat millennials, jika kamu ingin berkarya dan berkontribusi, harus siap mental dalam menghadapi tantangan. Semakin tinggi pencapaian kamu, semakin kuat pula angin yang akan menghempas kamu. Jika dari awal saja sudah tidak kuat menghadapi cobaan, bagaimana bisa mencapai tangga yang lebih tinggi?

Audi Rahmantio

Journalist and Publication Coordinator at Rumah Millennials The man who love to share about interesting and unique story of Indonesia as well as youth development through youth organization community. Currently, Audi started his career as public speaker in radio and being freelance MC and Moderator for several events

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close