Peran Edukasi Dan IPTEK, Belajar dari Pengajar Muda di Britania Raya

Wonosobo – Rumah Millennials.com | Rumah Millennials mengundang pengajar muda di universitas Britania Raya, Dr. Bagus Muljadi sebagai narasumber dalam diskusi virtual “Millennials Enlightment (Millea)” melalui aplikasi Zoom Meeting yang mengambil tema “Resiliensi Bangsa terhadap Pandemic : Peran Edukasi dan IPTEK”.

Bagus merupakan Ilmuwan sekaligus Assistant Professor of Engineering Director Indonesia Doctoral Training Partnership, University of Nottingham. Selain itu, Dr. Bagus juga aktif dalam Ikatan Ilmuwan Internasional (I-4). Sebelumnya, Bagus lulus Sarjana Teknik Mesin pada tahun 2006, kemudian melanjutkan S2 dan S3 di National Taiwan University bidang Applied Mechanics.

Diskusi itu menjadi sangat menarik karena dengan latar belakang pendidikan Bagus yang tidak linear, tapi diberi kepercayaan oleh kampus di luar negeri untuk menjadi Dosen loh. Ketika tengah mengambil studi S2 dan S3, Dr. Bagus sambil bekerja menjadi salesman pompa air karena tidak menggunakan beasiswa dan beliau juga bukan dari keluarga kaya. Buat sobat millennials yang ngikutin media sosial Dr. Bagus, pasti tahu cara dia mengajar tanpa slide Power sama sekali. Nggak tanggung – tanggung materi yang diajarkan adalah Mekanika Fluida! Seru banget pasti ya jadi mahasiswanya.

Ada beberapa poin menarik yang Dr. Bagus sampaikan kemarin malam diantaranya:

1. Di era Revolusi industri 4.0 saat ini, kita harus mengubah Resource Based Economy menjadi —> Knowledge Based Economy yang menitik beratkan pada bagaimana knowledge itu dihasilkan, ditransfer, dan diserap oleh industri.
2. Mahasiswa dan Akademisi di Indonesia harus terekspos oleh budaya riset di Luar Negeri karena mereka memang sudah jauh puluhan langkah di depan Indonesia.
3. Seorang akademisi atau dosen di kampus, bukanlah sebuah otoritas pemberi materi, namun hanya fasilitator mahasiswa dalam proses transfer knowledge. Hal ini perlu ditekankan pada para generasi z yang masih duduk di bangku perkuliahan agar tidak bergantung pada materi yang diberikan dosen, namun bisa explore lebih lanjut melalui berbagai sumber ilmu.
4. Millennials harus berani keluar zona aman dan nyaman dengan latar belakang pendidikan lintas bidang karena saat ini adalah era kolaborasi dan harus bisa survive menghadapi ketidakpastian global.

Dr. Bagus juga menyampaikan bahwa jenjang pendidikan S1 itu mengatasi simple problem, sesulit apapun itu pasti ada jawabannya. Lanjut ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu saat S2 maka mahasiswa dihadapkan pada masalah yang lebih complicated tapi pasti juga ada jawabannya. Nah, saat S3 inilah mahasiswa akan dihadapkan pada masalah yang sangat complex yang jawabannya belum tentu hanya satu. Bisa jadi, jawabannya banyak dan terdiri dari berbagai latar belakang disiplin ilmu.

Inilah yang menjadi permasalahan utama mahasiswa Indonesia yang mungkin tidak terbiasa dalam lompat ke berbagai disiplin ilmu yang berbeda. Oleh karena itu, pendidikan di Indoensia seharusnya diarahkan ke arah pemecahan masalah yang kini sedang dihadapi oleh dunia.

Semoga kita sebagai anak muda, bisa menjadi penggerak turbin – turbin perubahan sebagai upaya dalam mendorong riset dan inovasi yang dapat mengkolaborasikan berbagai disiplin ilmu serta mendukung ekosistem pengetahuan yang berkelanjutan. Dan mudah-mudahan kampus-kampus di Indonesia mulai berbenah untuk tidak lagi mengotak-kotakkan disiplin ilmu bagi mahasiswa dalam program risetnya. Terakhir, yang paling penting adalah bahwa Millennials harus memiliki etos kerja yang baik dan berani membawa perubahan pada Bangsa.