Jangan Merasa Tinggi Hati, Resapilah Kehidupan Para Pahlawan Nasional Dalam Benakmu

JAKARTA – RumahMillennials.com | Halo sobat millennials, kita pasti pernah merasakan momen dimana kita jauh diatas orang lain, baik dari segi pengalaman, wawasan, dan sebagainya. Tapi, pernahkah kita merasa tinggi hati dan berlaku sombong? Tulisan ini terinspirasi dari hasil diskusi dengan teman. ENJOY!

Sobat millennials, sebagai manusia, kita memiliki sifat baik maupun sifat buruk. Tidak mungkin kita hanya memiliki sifat baik saja. Ada hukum keseimbangan yang berlaku di dunia ini. Pendapat para ahli pun juga berbeda, di satu sisi mereka mengatakan bahwa manusia itu baik, di satu sisi mengatakan manusia itu jahat dan egois. Menurut saya pendapat mereka semua benar karena sifat baik dan jahat manusia akan keluar tergantung dari situasi dan kondisi yang mereka hadapi.

Tetapi, sobat millennials, walaupun sifat buruk dalam diri masing-masing telah ditahan sekuat mungkin, tetap saja akan keluar seiring dengan waktu dan situasi. Salah satu yang paling jelas adalah sifat sombong. Sifat sombong ini seakan telah mengakar pada diri manusia dan muncul dalam berbagai kondisi, misalkan ilmu kita lebih tinggi dibandingkan yang lain, prestasi kita jauh lebih banyak atau kita jauh lebih berpengalaman dibandingkan orang lain.

Saya pun sering mengalami hal ini dan walaupun sudah saya tekan kuat, pada akhirnya tetap keluar juga. Saya tidak perlu mengatakan bahwa sifat sombong sangat berbahaya karena kamu pun juga sudah tahu konsekuensi dari sifat kesombongan manusia. Hubungan yang telah kamu bangun bisa jadi akan retak karena kesombongan kamu.

Saya ingat bahwa tanggal 10 November yang lalu merupakan hari pahlawan. Sehingga saya ingin sedikit menyelami dan membahas dua tokoh pahlawan nasional favorit saya, yakni Bung Hatta dan Bung Natsir.

Kita sudah tahu betapa besar pengorbanan, sumbangan, dan warisan yang telah Bung Hatta tinggalkan untuk Indonesia. Gagasan tentang koperasi dan politik luar negeri bebas dan aktif sepengetahuan dan menurut pendapat saya merupakan gagasan beliau yang visioner dan sampai sekarang masih digunakan. Meski beliau berasal dari keluarga yang cukup terpandang di tempat kelahirannya, tidak menjadikan beliau sebagai orang yang gila hormat.

Ada hal membuat saya kagum dan terhenyak dari seorang Bung Hatta. Hari Sabtu kemarin saya menghadiri pameran surat para pendiri bangsa dan saya mendengar surat wasiat Bung Hatta yang dibacakan oleh salah satu putri beliau, Ibu Meutia Farida. Isinya singkat, namun menunjukkan bagaimana kebesaran hati beliau.

Isi suratnya mengatakan bahwa jika beliau wafat, beliau tidak ingin dimakamkan di taman makam pahlawan melainkan kuburan rakyat karena beliau ingin bersama rakyat yang dimana Bung Hatta telah perjuangkan kemerdekaan mereka semasa hidupnya. Mungkin kalimat ini cukup sederhana, namun secara langsung menunjukkan bahwa walaupun beliau merupakan Wakil Presiden pertama Indonesia, pejuang dan proklamator kemerdekan yang layak untuk dimakamkan di makam pahlawan, namun beliau tetap memilih untuk bersama rakyatnya.

Beralih ke M. Natsir. Alasan saya memilih beliau karena saya suka dengan pemikiran beliau dan cara-cara beliau menuangkan gagasan keislamannya. Namun, yang membuat saya kagum dengan beliau adalah bahwa penampilan beliau sangat sederhana dan menunjukkan bagaimana seorang negarawan yang seharusnya.

Ketika bertugas menjadi pejabat pemerintah, mungkin di bayangan kita pejabat itu bergelimangan harta, berpenampilan rapi dan sebagainya. Namun, itu tidak berlaku bagi Natsir. Sewaktu bertugas di dalam pemerintahan, Natsir hanya memiliki satu setel baju resmi, tetapi seperti baju pada umumnya, lambat laut akan rusak. Natsir tetap memakai baju tersebut meskipun banyak sekali tambalan di sana-sini. Bahkan, kendaraan yang beliau gunakan pun hanya berupa mobil tua (saya lupa nama mobilnya).

Saya tidak mengatakan bahwa Natsir itu tidak bisa berpenampilan, namun sebagai pejabat pemerintah, Natsir pun memiliki akses dan sumber yang melimpah. Urusan baju maupun kendaraan adalah hal sepele yang langsung bisa diselesaikan. Akan tetapi, beliau tahu, walaupun Indonesia telah merdeka, masih banyak yang harus dibenahi dari segala sisi dan bahkan masih ada ancaman dari Belanda dan sekutunya.

Mungkin disini saya kelihatan sedang bercerita tentang sejarah, namun bukan itu tujuan saya menulis ini. Bung Hatta dan Bung Natsir memberikan kompas moral yang jelas dan tegas. Walaupun beliau telah mengorbankan banyak hal sehingga membuat Indonesia merdeka, mereka tidak ingin diperlakukan bak raja. Mereka tetap rendah hati walaupun mereka sudah menjadi orang besar. Kalau saya refleksikan dalam kehidupan sehari-hari, menerapkan sifat tersebut menjadi tantangan tersendiri.

Namun, itulah manfaat daripada refleksi dan meresapi kehidupan para pahlawan nasional kita. Itu membuat kita tersadar dan serasa ‘ditampar’ betapa rendah hatinya para pahlawan kita, sedangkan kita yang baru merasa sedikit lebih hebat dari teman-teman kita sudah sombong dan merasa tinggi. Apapun yang saya dan kamu lakukan, keep low profile, continue your positive work and always spread positive vibes.(audi)

Rizky Ridho Pratomo

Siblings Rumah Millennials Saya adalah mahasiswa tingkat akhir jurusan Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. Bidang yang saya minati adalah Politik, Keamanan, Hubungan Internasional, Filsafat, Agama, Lingkungan, Pendidikan dan Pengembangan kepemudaan. Memiliki passion dalam menulis artikel dan membaca buku. Beberapa bulan lalu bergabung di Rumah Millennials dan menjadi Kepala Bidang Riset dan Pengembangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close