Menuju Ulang Tahun yang Pertama: Rumah Millennials Memberikan Wawasan Tentang Membangun Sebuah Komunitas

JAKARTA – RumahMillennials.com | Tepat satu tahun lalu, Rumah Millennials berdiri sebagai salah satu wadah bagi para millennials untuk belajar dan berkolaborasi bersama demi kemajuan bangsa Indonesia. Dalam moment tersebut, Rumah Millennials mengadakan acara dengan tema “Build Your Community, Create Your History” yang diselenggarakan pada hari Sabtu, 14 Juli 2018 yang bertempat di Graha XL, Kuningan, Jakara.

Dalam acara ini, Rumah Millennials memberi wawasan kepada para pemuda dan komunitas yang datang pada acara tersebut mengenai “How to Manage Millennials in Community Based Social Organization”. Dengan tujuan tersebut, Rumah Millennials mengadakan sharing session dan talkshow bersama enam keynote speakers, diantaranya :

  1. Lafiona Grazelda – elearn.id & Program Manajer
  2. Wahyu Aji – CEO Good News From Indonesia
  3. Tidar Rachmadi – Co-Founder SabangMerauke
  4. Vania Santoso – Fasilitator XL Future Leader & Founder Heystartic
  5. Muliandy Nasution – President Junior Chamber International Batavia
  6. Imam Persuwaryantoro – Co-Founder Design For Dream

Acara sharing session dan talkshow dipandu langsung oleh dua moderator, Taufan Teguh Akbari (Founder Rumah Millennials) dan Karin Soerja (Penyiar Mustang 88 FM & Penjaga Rumah Millennials). Dalam hal ini, Taufan selaku Founder Rumah Millennials memberikan penjelasan tentang perjalanan satu tahun rumah millennials berdiri ditengah maraknya komunitas yang ada. Dalam satu tahun berjalan, rumah millennials telah mengadakan 16 program acara dari grand launching sampai saat ini. Hal tersebut sangat diapreasiasi oleh Karin Soerja, karena telah menciptakan sebuah komunitas sebagai wadah millennials untuk berdaya, berkarya, dan bermakna bersama, lanjutnya.

Lafiona Grazelda, selaku pembicara pertama, memberikan tips dan trik mengenai cara membangun online community. Melalui Pencil rules, setidaknya ada 4 komponen penting dalam online community yaitu Platform, Engagement, Content, Interactive Learning. Tidak dipungkiri bahwa dunia digital semakin berkembang, tentunya hal ini yang melatarbelakangi Lafiona untuk menciptakan online community.

Semangat yang sama dalam membangun komunitas, tentunya dapat disampaikan melalui cita- cita seorang pemuda yang ingin menyebarkan berita- berita yang baik tentang Indonesia. Wahyu Aji, selaku CEO GNFI merasa resah terhadap pesimisme pemuda akan kemajuan bangsanya. Dengan optimisme yang kuat terhadap masa depan Indonesia, dia menunjukan bahwa pemuda Indonesia mempunyai mindset yang positif mengenai negaranya dan percaya bahwa Indonesia akan menjadi lebih baik ke depannya.

Melalui citra positif Indonesia, tentunya optimisme tersebut akan dibangun oleh pemuda dari seluruh pelosok negeri, sabang sampai merauke. Namun, citra positif Indonesia tidak dapat dibangun jika minimnya sikap toleransi pemuda terhadap sesama pemuda lainnya. Hal tersebut yang melatarbelakangi Tidar Rachmadi, untuk membangun sebuah komunitas bernama SabangMerauke (Seribu Anak Bangsa Merantau Untuk Kembali).

Program tersebut bertujuan untukuntuk membuka cakrawala anak- anak Indonesia sebagai bibit muda dan menanamkan sikap toleransi pada ke-bhineka-an. Tantangan terbesar dalam membangun komunitas kata Tidar adalah manage the people. Namun, hal tersebut bisa diatasi dengan respect to other, fast respond, tidak baper, peka, dan adaptasi.

Interaksi adalah toleransi. Vania Santoso, menceritakan tentang perjalanan karir dia dalam membangun interaksi dalam komunitas, diantaranya melalui komunikasi dan kepercayaan. Melalui komunikasi, kita dapat mendapatkan sebuah kepercayaan seseorang. Dengan penyampaian komunikasi yang baik, kita tahu target audience dan dapat membangun personal branding dalam sebuah komunitas. Sedangkan, untuk kepercayaan dapat dibangun melalui komunikasi yang baik.

Disisi lain, Muliandy Nasution, memaparkan tentang pengalaman dia dalam meng-evaluasi komunitas. Setidaknya ada dua pertanyaan yang paling ditekankan saat membangun komunitas, “Kenapa membangun komunitas? dan Apa tujuan komunitas itu?”. Kedua, komunitas itu harus berinovasi. Karena sejatinya tidak ada inovasi yang gagal, tapi inovasi itu tidak tepat. Ketiga, tidak ada manusia yang tahan terhadap tekanan karena semua tentang “speed” masing-masing orang. Ketiga hal tersebut yang membuktikan bahwa banyaknya komunitas di Indonesia yang kurang berkembang.

Survey membuktikan bahwa Indonesia penghasil start-up terbanyak di Asia Tenggara, namun sangat minim talentnya. Namun tidak semuanya. Salah satunya digagas oleh Imam Persuwaryantoro yang memperkenalkan platform Design for Dreams. Di mana platform tersebut mendukung difabel untuk membantu meraih mimpinya, salah satunya menjadi pengusaha atau pekerja professional. Suatu kebanggaan bagi Indonesia karena platform ini berhasil mendapatkan juara 1 pada perlombaan di Korea dengan mengalahkan 100 negara lainnya.

Melalui event ini, Rumah Millennials mengajak seluruh pemuda khususunya generasi millenials untuk dapat membangun komunitas dengan tujuan utama yaitu belajar. Selain keuntungan yang kita dapatkan nantinya, seperti berjejaring, pengalaman, softskill, dan lainnya, tentunya hal yang paling utama sebelum membangun komunitas yaitu mengetahui tujuan dan maksud dalam membangun komunitas tersebut. Sehingga, tidak hanya kuantitas komunitas Indonesia yang Berjaya di Internasional, melainkan kualitasnya juga mumpuni dan dapat memberi perubahan bagi Indonesia yang akan datang. (Elvin)

Elvin Sujatmiko

Dreamer | Writer | Muslim Traveler Journalist of RumahMillenials.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close