Millenials, Nasionalisme, dan Diplomasi: Tantangan Diplomasi Zaman Now

JAKARTA – RumahMillennials.com | Banyak tantangan yang harus dilakukan oleh Diplomat Zaman Now, seperti yang diungkapkan Cecep Herawan yang merupakan Dirjen Diplomasi dan Informasi Republik Indonesia. Pak Cecep mengungkapkan jika dulu diplomat itu berdiri sendiri, tanpa masyarakat tahu diplomat itu kerjanya apa saja, bagaimana diplomat bekerja, dan sebagainya.

Sekarang diplomat harus selalu up to date dengan apa yang terjadi di media sosial terkait diplomasi, diplomat juga harus lebih transparan kepada masyarakat dalam menghadapi masalah diplomasi. Karena itu, saat berkomunikasi tidak boleh lepas dari Sekjen.

Melindungi warga negara Indonesia (WNI) di negara tempat dia bertugas adalah salah satu tugas yang diamanatkan kepada seorang Diplomat yang tentunya dibantu oleh teamnya dinegara itu. Selain itu Diplomat juga harus mampu untuk terjun dimasyarakat, cepat tanggap saat ada masalah diplomasi, menciptakan diplomat informal dalam masyarakat, dan harus mampu memberikan informasi yang dibutuhkan WNI saat berada berada di negara tugas mereka.

Cecep Herawan Dirjen Diplomasi dan Informasi

Pak Cecep berbagi cerita ini diacara Millennials Gathering, hasil kolaborasi antara Kementerian Luar Negeri, Rumah Millennials, dan juga Innovative Youth Projects. Bertempat di Kementerian Luar Negeri RI Jakarta Pusat, pak cecep ditemani oleh Whulandari Herman Puteri Indonesia & Miss Universe Indonesia 2013, dan Djauhari Oratmangun: Staff Khusus Menteri Luar Negeri untuk isu strategis dan Dubes “Designated” untuk Republik Rakyat Tiongkok.

Indonesia dari sisi manapun adalah negara yang besar, Indonesia memiliki kekayaan SDM dan SDA yang membuat indikator ekonomi Indonesia bagus. Indonesia diprediksi akan jadi negara no. 5 terbesar di dunia pada tahun 2030 nanti jelas Djauhari Oratmangun.

“Tugas diplomasi sekarang menjaga stabilitas keamanan dan politik dengan menggandeng pihak – pihak terkait untuk menjaga keutuhan NKRI dan memberikan perlindungan maksimal kepada WNI yang berada di seluruh dunia” ungkap pak Djauhari Oratmangun.

Pak Cecep mendapat pertanyaan tentang Diplomasi zaman now yang menurut Pak Jokowi berkaitan dengan Revolusi Mental. Pertanyaannya, diplomasi revolusi mental yang aplikatif itu bagaimana?

Pak Cecep menjawab “Dulu itu untuk menjadi Dirjen tidak transparan, masyarakat tidak tahu kenapa orang itu dilantik menjadi pejabat Dirjen, sekarang untuk menjadi Dirjen harus melewati ujian fisik, mental, dan intelektual. Dulu untuk menjadi Dirjen harus jadi Kedubes, sekarang bisa menjadi Kedubes tanpa melewati proses itu. Dulu untuk menjadi Kedubes harus dikenal banyak orang dulu baru bisa jadi Kedubes, Sekarang yang punya intelektual dan kualitas diri bisa menjadi Kedubes. Selain itu, Sekarang seluruh diplomat Indonesia harus menganyomi seluruh WNI di dunia.”

Sekarang ada aplikasi dari Kemenlu untuk memantau WNI di luar negeri, Namanya Save Travel. Aplikasi ini akan berfungsi saat WNI mendarat di luar negeri, akan ada SMS masuk yang memberikan pesan kalau mereka perlu bantuan, dapat hubungi perwakilan Indonesia di nomor tertentu.

“Hotline semua dipegang oleh diplomat, dan perlindungan WNI di luar negeri menjadi prioritas utama diplomat” sambung pak Cecep

Djauhari Oratmangun – Staff Khusus Menteri Luar Negeri untuk isu strategis dan Dubes “Designated” untuk Republik Rakyat Tiongkok

“Saat ini di dalam Dubes, orang-orang yang bekerja datang dari latar belakang yang beragam dan banyak yang masih di usia belia. Terus mempromosikan Indonesia dengan tagline Indonesia negara yang ramah, beragam, dan toleran.” Jawab pak Djauhari ketika ditanya apa yang dia lakukan untuk menghadapi tantangan diplomasi dan bagaimana agar bisa mencakup kesemua lapisan masyarakat.

Pak Cecep menjelaskan bahwa salah satu tagline yang dipakai Kedubes untuk “menjual” Indonesia di dunia internasional adalah Indonesia negara yang toleran, ramah, beragam, dan religious. Tapi saat ini kita menghadapi isu tolerism, dimana (sebagian) orang Indonesia sendiri cenderung tidak menghargai perbedaan. Kita harus tunjukan Indonesia sebagai bangsa yang toleran dalam kehidupan sehari-sehari, karena dunia mengenal Indonesia sebagai bangsa yang toleran.

Whulandari Herman – Puteri Indonesia & Miss Universe Indonesia 2013

Isu yang berkembang di masyarakat terkait generasi millenials adalah mereka dianggap apatis. Tapi sebenarnya, generasi millenials menunjukan bahwa mereka berjuang demi memajukan Indonesia tapi terkadang tidak terlihat. Ketika pendapat itu ditanyakan kepada Whulandari, apakah termasuk hal yang baik atau tidak, dia mengungkapkan sebabnya adalah dikarenakan teknologi merubah persepsi dan kebiasaan kids zaman now dalam berinteraksi.

“Netizen Indonesia cenderung terlalu cepat reaktif dan tidak kritis dalam menanggapi postingan di social media, saya berharap kids zaman now, berpikirlah global tapi tetap menjaga kearifan lokal” jelas Whulandari Herman.

Generasi millennial punya cara tersendiri bagi mereka untuk menunjukan rasa cinta tanah air. Contohnya, mereka ternyata suka memposting foto saat mereka travelling ke berbagai daerah di Indonesia dengan caption yang menunjukan kearifan lokal. Tak lupa hashtag yang mereka pakai merujuk kepada tren cinta budaya Indonesia ungkap Whulandari.

Whulandari juga berbagi cerita saat dia mengikuti Miss Universe, Ibunya dia membawa souvenir dari Indonesia. Oleh-oleh yang dibawa salah satunya adalah keripik balado Padang. Sebelum kontes, Whulandari membagikan keripik balado Padang kepada peserta Miss Universe dari negara-negara lain dan juga menunjukan souvenir khas Padang lainnya. Dengan begitu, peserta Miss Universe negara lain akan mengingat Whulandari sebagai perwakilan Indonesia sebagai orang yang ramah, makanannya enak, dan lainnya.

Sebagai beauty fashion yang mewakili Indonesia di dunia internasional dituntut juga memiliki attitude yang baik, termasuk dalam bersosial media dan menanggapi komentar dari warganet.

“Dari social media, kita harus memposting hal-hal yang berkaitan dengan keindahan dan keberagaman Indonesia. Tunjukan bahwa sebagai perwakilan Indonesia di Miss Universe, kita cinta budaya Indonesia dan menunjukan kepada dunia melalui postingan social media. Kalau ada yang menyerang dengan isu-isu buruk atau komentar buruk, jangan terbawa emosi. Kita harus tenang menghadapi berbagai reaksi itu, dan berilah tanggapan yang santun.” Jelas Whulandari

Sempat juga disinggung tentang Kemenlu yang mengadakan diplomasi nuklir, Indonesia dikenal punya keamanan nuklir di tingkat internasional meskipun Indonesia sendiri belum terlalu intens dalam penggunaan nuklir.

“Dibalik diplomasi nuklir tersebut, sebenarnya Indonesia itu mengusung diplomasi kemanusiaan. Contohnya di Myanmar, tidak ada yang bisa masuk ke Rohingya kecuali Indonesia. Indonesia dipercaya netral. Indonesia tidak datang sebagai delegasi, tapi datang dengan misi kemanusiaan. Atas kepercayaan itulah, dunia juga mempercayai Indonesia dalam delegasi nuklir. Pak Jokowi juga menekankan Indonesia itu negara besar, Indonesia harus mampu berkontribusi dan berinteraksi dengan dunia internasional.” Jelas pak Cecep. (AUDI)

Para Diplomat dan Millennilas

Audi Rahmantio

Journalist and Publication Coordinator at Rumah Millennials The man who love to share about interesting and unique story of Indonesia as well as youth development through youth organization community. Currently, Audi started his career as public speaker in radio and being freelance MC and Moderator for several events

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RM Informations

Press Release
Future Destination
Community Ambassador (soon)
Next Event (soon)
RM Campus Network
RM Community (soon)
RM Contributor (soon)
RM Development (soon)
Archive

Press ESC to close